2.12.14

Waspada 7 Modus Gurita Kristenisasi

GURITA KRISTENISASI

Masih belum hilang dari ingatan kita kontroversi tentang pembangunan rumah sakit Siloam (yang ditengarai mengemban misi kristenisasi ) di Palembang tahun 2011 silam dan pemblokiran GKI Yasmin oleh pemkot Bogor (karena penipuan yang dilakukan terhadap warga terkait tanda tangan palsu IMB gereja).

Maka saat ini kita dikejutkan lagi oleh berbagai modus kristenisasi yang kembali marak dilakukan oleh para kaum salibis untuk memurtadkan umat Islam di Indonesia. Sebuah video di sosial media yang berjudul “Spesial: Kristenisasi Terselubung di Car Free Day Jakarta” yang dirilis pertama kali hari Senin, (03/11/214) oleh rtkChannel HD dan disebarkan di laman YouTube menggambarkan betapa getolnya para salibis menawarkan “barang dagangannya”.

Video tersebut menampillan aksi sekelompok orang yang sedang membagi-bagikan cinderamata mulai dari pin, kalung, syal dan biskuit dengan simbol dan istilah-istilah tertentu yang sangat identik dengan simbol dan istilah dalam aksi kristenisasi. Bahkan di menit yang ke-14.30 terekam aksi seorang wanita yang secara jelas meminta kepada seorang ibu tua yang berkerudung untuk percaya kepada kebaikan Yesus, jika dia percaya maka dia akan terselamatkan.

Di Bogor, upaya kristenisasi juga menimpa warga di tiga desa Kecamatan Babakan Madang-Sentul. Mereka menjadi korban pemurtadan yang berkedok wisata di Monumen Nasional tanggal 2 November 2014, dan ternyata belakangan diketahui bahwa acara tersebut adalah program kristenisasi masal. Tidak hanya warga di tiga desa ini saja yang menjadi target pemurtadan kaum nasrani tetapi juga warga Bogor di wilayah yang lain. Bahkan saat ini setiap Ahad sejak pagi hari di Pasar Bogor ada aktivis Kristen yang selalu membagikan buletin Alkitab yang berjudul ‘Sedarlah, kunci hidup bahagia’kepada masyarakat umum secara gratis (Suara Islam Online, Senin (24/11/2014). Isi dari buletin tersebut penuh dengan ayat-ayat Alkitab dan memiliki alamat website www.jw.org. Informasi yang terdapat di website tersebut, kelompok ini menamakan dirinya sebagai saksi-saksi Yehuwa. Mereka berusaha sebisa mungkin untuk mengikuti Yesus Kristus dan bangga disebut Kristen. Secara rutin mereka ‘membantu’ orang-orang untuk belajar Alkitab dan kerajaan Allah.

Demikianlah gerakan pemurtadan yang dilakukan oleh para salibis terhadap umat Islam semakin hari semakin masif dan agresif. Mereka melakukan berbagai cara agar aqidah umat Islam terpalingkan dari jalan yang lurus. Tidak hanya dengan cara-cara yang halus, (jika dipandang perlu) mereka juga menggunakan cara yang kasar yaitu dengan sihir dan hipnotis.

Data pergerakan aksi misionaris (kristenisasi) di Indonesia menunjukkan angka yang cukup mengerikan. Berdasarkan hasil riset Yayasan Al Atsar Al-Islam (Magelang) dan dalam rangkaian investigasi diperoleh data bahwa mulai tahun 1999-2000 Kristen dan Khatolik di Jateng telah meningkat dari 1-5 % diawal tahun 1990, kini naik drastis 20-25% dari total jumlah penduduk Indonesia. Insan Mokoginta (kristolog) menuturkan berdasarkan penelitian di Solo sejak tahun 2010-2012 terdapat sebanyak 40.000 orang Islam yang murtad. Sementara di Klaten, sebanyak 23.300 orang Islam yang murtad. Informasi ini menurut Insan Mokoginta, di dapatkan dari Departemen Agama setempat, berdasarkan perkembangan demografis penduduk Muslim di Solo. Di mana jumlah penduduk Muslim semakin menyusut.

Di Aceh lebih mengkawatirkan lagi. Menurut penuturan seorang pendeta yang sudah masuk Islam, George Panjaitan, dikatakan bahwa orang Aceh Utara yang murtad jumlahnya mencapai 400.000 orang, jumlah ini ada di empat desa di wilayah tersebut. Banyaknya warga Serambi Mekkah yang murtad ini terjadi pada tahun 2006-2007. Kondisi ini terjadi sebagai akibat dari peran organisasi Gereja Internasional diterjunkan pada saat itu untuk untuk menangani korban Tsunami. Berbagai macam kristenisasi terselubung yang berbalut bantuan sosial dan kemanusiaan telah berhasil memikat hati warga Aceh ini sehingga mereka menggadaikan aqidahnya.

Di sisi yang lain, menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia dilaporkan bahwa jumlah umat Islam di Indonesia mengalami penurunan. Contohnya di Sulawesi Tenggara turun sebesar 2,88% (dalam kurun waktu 10 tahun). Demikian pula di Jawa Tengah turun 3,1 %, NTT 4,3 % dan wilayah Indonesia lainnya rata rata sebesar 2,64 %. Data Kementerian Agama mencatat jumlah pemeluk agama Islam mengalami penyusutan tiap tahunnya. Dari yang semula 95 persen hingga menjadi 92 persen. Kemudian tahun berikutnya menjadi 90 persen dan kemudian menjadi 87 persen. Sementara itu data terakhir Badan Pusat Statistik pada 2010 menunjukkan bahwa, persentase umat Islam 87,18 persen; Kristen 6,96 persen; Katolik 2,91 persen; Hindu 1,69 persen; Budha 0,72 persen; Konghucu 0,05 persen; dan lainnya 0,13 persen. Sungguh ironis!!!

Modus-Modus Kristenisasi

Diantara modus yang sering digunakan oleh kaum salibis untuk mengelabui dan menipu umat sehingga umat terkecoh dan meninggalkan aqidahnya adalah sebagai berikut:

Membangun Gereja Ilegal

Keberadaan gereja bagi orang Kristen tidak hanya berfungsi sebagai tempat ritual tetapi lebih dari itu, gereja dibentuk untuk melaksanakan misi dari Yesus Kristus, yaitu untuk evangelisasi. Oleh karena itulah, pada 1969 dikeluarkan SKB (Surat Keputusan Bersama) Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 01/BER/MDN-MAG/1969 yang di antaranya menyatakan bahwa setiap pendirian rumah ibadat perlu mendapatkan izin dari Kepala Daerah atau pejabat Pemerintah di bawahnya.Peraturan ini diperbarui pada 2006 dengan dikeluarkannya Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 εt 8/2006. Oleh pihak Kristen, peraturan ini dianggap merugikan mereka. Karenanya dalam banyak kasus, mereka tidak mengindahkan peraturan ini.Banyak gereja didirikan atau baru akan didirikan dengan tidak mengindahkan peraturan ini bahkan dilakukan dengan cara memanipulasi/penipuan tanda tangan warga, seperti kasus GKI Yasmin di Bogor beberapa waktu lalu.

Kristenisasi Melalui pendidikan

Kristenisasi melalui pendidikan dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memberi bantuan biaya sekolah dan beasiswa, berkedok kampanye antinarkoba di kalangan pelajar, membagi-bagikan paket gratis kepada para pelajar yang berisi sebuah kaset mengenai kisah Yesus menurut Injil Lukas dengan ditutup kampanye antinarkoba bertajuk “Say No Drugs!” dan kiat belajar efektif, pembagian buku dan alat tulis. Bahan-bahan bacaan agama Kristen yang meliputi Injil dalam versi komik, buku mewarnai bergambar gereja, dan alat-alat lainnya yang bersimbol salib.

Kristenisasi Melalui Bantuan dan Kegiatan Sosial

Bencana dan kesusahan yang menimpa umat Islam menjadi kesempatan emas bagi pihak Kristen untuk melakukan Kristenisasi. Mereka menawarkan bantuan, namun berbuntut dengan pemurtadan. Banyak kasus Kristenisasi melalui bantuan dan kegiatan sosial terjadi berulang kali. Misalnya, ketika terjadi bencana dan gempa bumi di Aceh pada Desember 2004, banyak misionaris Kristen datang sebagai relawan dan membawa bantuan sosial sekaligus melakukan pemurtadan. Scott Binner, misalnya, seorang pastur berkewarganegaraan Amerika. Dan akhirnya bayak diantara anak-anak dan warga Aceh yang kemudian murtad.

Kristenisasi Melalui Hiburan

Kristenisasi melalui hiburan dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, mengamen dengan lagu-lagu gereja di bis kota , menyusupkan video klip berisi propaganda tentang Yesus pada VCD bajakan lagu-lagu Islami Haddad Alwi dan paket wisata.

Mengklaim Beberapa Tokoh Islam Telah Masuk Kristen

Untuk meragukan umat terhadap Islam, pihak Kristen memfitnah beberapa tokoh Islam telah masuk Kristen. Seorang pendeta yang mengaku bernama Mohammad Filemon pada 2003 rajin memberikan ceramah kesaksian yang cukup spektakuler. Dia mengaku telah membaptis KH Zaenuddin MZ. Ceramah kesaksian itu direkam dalam VCD dan dijual di gereja. Setahun berikutnya, giliran pelawak Muslim asal Sunda, Kang Ibing, yang difitnah telah dibaptis masuk Kristen dengan harapan akan menjadi daya tarik bagi umat untuk mengikuti jejak orang-orang penting tersebut.

Memacari, Memperkosa, Menghamili, Mengawini lalu Memurtadkan

Masih ingat kasus artis Asmirandah yang rela menggadaikan aqidahnya demi cinta butanya pada pacarnya yang seorang misionaris

Menggunakan Bantuan Jin

Usaha pemurtadan dan Kristenisasi lewat sihir, jin dan hipnotis terjadi di beberapa daerah. Pada akhir 2003, sembilan santri putri Pesantren Khairu Ummah mengalami kesurupan. Dalam proses penyembuhan atau ruqyah, jin-jin yang merasuki tubuh anak-anak santri tersebut meminta tolong kepada Bunda Maria dan Yesus serta terus menerus menyebut Haleluya.

Mengapa Kristenisasi Semakin Meluas?

Paling tidak, ada tiga penyebab mengapa gerakan misionaris Kristen bisa berkembang luas di Dunia Islam. Pertama, faktor ideologis, yakni kelemahan fikrah (ide) Islam dan tharîqah (metode menerapkan Islam) yang ada di tengah-tengah kaum Muslim. Kelemahan fikrah ini ditandai dengan kabur dan lemahnya akidah kaum Muslim. Akidah kaum Muslim tidak lagi menjadi kekuatan dahsyat dalam kehidupan mereka yang mampu mendorong mereka untuk bangkit. Akidah Islam menjadi tidak lebih dari sebatas akidah ritual (ruhiah) saja.

Selain itu, akidah Islam pun tidak dipahami melalui metode yang benar, yakni lewat proses berpikir, tetapi semata-mata berdasarkan perasaan yang muncul dari naluri beragama saja. Akibatnya, pemurtadan menjadi lebih gampang, dan sebaliknya khurafat dan tahayul semakin merajalela. Sebab keimanan yang lahir dari perasaan (wijdan) saja tanpa melalui proses berfikir, adalah keimanan yang lemah. Oleh karena itu ketika seseorang mendapatkan sedikit ujian/cobaan berupa kesulitan ekonomi, sakit, masalah keluarga dsb, maka akan gampang sekali menukarkan keimanan yang mereka miliki dengan materi atau kebutuhan-kebuthan yang mereka butuhkan.

Kedua, kebencian kaum kafir terhadap Islam dan kaum Muslim. Kristenisasi semakin meluas karena didorong oleh kebencian orang-orang kafir terhadap Islam dan kaum Muslim. Ditanamkan dan disebarluaskan bahwa Islam adalah agama primitif, kejam, haus darah, melecahkan wanita, teroris, dan lain-lain. Hal ini secara sistematis dilakukan lewat media pendidikan maupun media massa. Akibatnya, banyak kaum Muslim yang membenci agamanya sendiri, menganggapnya hina dan malu beragama Islam. Banyak juga orang-orang non-Muslim yang pandangannya terhadap Islam kabur dan miring.

Ketiga, adalah ketiadaan Daulah Khilafah Islam. Ketiadaan Daulah Khilafah Islam membuat hukum-hukum Allah tidak bisa ditegakkan secara kâffah dan menyeluruh. Padahal tugas dan kewajiban Daulah Islam adalah menerapkan syariat Islam. Negeri-negeri Islam pun diperintah berdasarkan sistem kufur, yakni kapitalisme-sekular. Tidak diterapkannya aturan Islam secara kâffah dan menyeluruh inilah yang mengakibatkan munculnya berbagai persoalan kaum Muslim seperti kemiskinan, kebodohan, pengangguran, disintegrasi, konflik, dan lain-lain. Problem yang melilit umat ini pula yang dimanfaatkan untuk melakukan gerakan kristenisasi. Mereka memikat umat dengan uang, pendidikan, dan pekerjaan.

Ketiadaan Daulah Khilafah Islamiyah juga meniscayakan tidak adanya perlindungan terhadap aqidah umat. Akibatnya di tengah-tengah umat berkembang pesat bentuk-bentuk pelecehan, penistaan dan serangan terhadap aqidah Islam. Akibatnya umat semakin kabur akan nilai-nilai dan tsaqofah Islam, sebaliknya umat justru merasa familiar dan nyaman dengan nilai-nilai barat, kapitalisme dan nasrani yang disuntikkan secara halus ke tubuh umat.

Membendung Kristenisasi

Untuk dapat membendung arus kristenisasi maka harus didetili apa yang menjadi akar permasalahannya. Dan yang menjadi akar persoalan maraknya kristenisasi dan persoalan-persoalan yang menimpa kaum Muslimin (seperti kemiskinan, kebodohan, dan konflik) adalah ketiadaan Daulah Khilafah Islam yang menerapkan syariat Islam secara kâffah. Daulah Khilafahlah pihak yang paling memungkinkan menghambat sekularisasi dan kristenisasi. Sebab, dalam pandangan hukum Islam, Daulah (negara) berkewajiban menjamin kebutuhan pokok rakyat (pangan, sandang, dan papan). Negara bertugas pula menjamin kebutuhan kolektif masyarakat yang vital seperti kesehatan, pendidikan, transportasi, dan keamanan. Rasulullah Saw bersabda: “Imam itu pengurus/pengatur, dia bertanggung jawab terhadap rakyatnya” [HR al-Bukhari dan Muslim]

Daulah Khilafah Islam juga akan secara tegas melindungi akidah umat. Daulah tidak akan membiarkan penyebarluasan agama Kristen, meskipun mereka diberikan kebebasan untuk menjalankan agama mereka. Daulah Khilafah Islam secara tegas akan menghukum mati orang yang murtad. Rasulullah Saw bersabda: ”Siapa saja yang mengganti agamanya (murtad), bunuhlah!” [HR Muslim dan Ashabus Sunan].

Tentu saja, proses ini dilakukan lewat pengadilan Islam yang bertanggung jawab, setelah sebelumnya, orang yang murtad tersebut diajak berdiskusi tentang tindakan murtadnya, diajak bertaubat kembali ke pangkuan Islam, dan diberikan waktu tiga hari untuk memikirkan keputusannya, untuk kembali bertaubat ataukah tetap dalam kekafirannya. Tugas melindungi akidah umat ini menjadi tugas penting Daulah Khilafah.

Sebaliknya, pemerintahan negeri Islam yang berlandaskan demokrasi telah dijadikan alat untuk menyebarluaskan agama Kristen dengan dalih kebebasan beragama. Negara yang melarang penyebarluasan agama Kristen akan dicap sebagai yang melanggar HAM dan tidak demokratis, karenanya pantas dihukum. Atas dasar kebebasan beragama pula, seseorang secara terbuka boleh murtad dari Islam.

Daulah Khilafah Islam juga akan menjadi pelindung kaum Muslim dari berbagai serangan orang-orang kafir. Rasulullah Saw bersabda: ”Sesungguhnya Imam (Khalifah) itu adalah laksana perisai (pelindung), tempat orang-orang Muslim berperang dan berlindung di belakangnya” [HR Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’i, dan Ahmad]

Ketiadaan Daulah Khilafah telah membuat kaum Muslim kehilangan pelindungnya. Umat Islam bagaikan makanan yang dimakan beramai-ramai oleh orang-orang yang rakus. Kekayaan alam negeri-negeri Islam dirampas untuk kemakmuran negara-negara imperialis. Mereka pun memberikan dana yang mereka rampas dari kaum Muslim itu untuk mendukung gerakan misionaris.

Keberhasilan Khilafah Islam, yang berhasil menjaga kondisi umat Islam selama lebih dari 1300 tahun adalah buktinya. Sayangnya, keadaan umat Islam dewasa ini —yang terpecah-belah dalam banyak negara lemah dan tidak menerapkan Islam— membuat umat yang jumlahnya 1,6 miliar ini tidak mampu berbuat apa-apa. Karenanya, menjadi kewajiban berbagai gerakan, kelompok organisasi, dan partai Islam bersama umat seluruhnya mewujudkan Khilafah Islam.Karenanya, kaum Muslim harus berjuang bersama-sama untuk menegakkan kembali Daulah Khilafah Islam.

Penulis:
Reny Widya Widati, Sp
Pengajar MAN 1 Tulungagung dan Aktif di Muslimah Hizbut Tahrir DPD 2, Tulungagung

No comments:

Post a Comment