12.12.14

Inilah Jalan Hidup Seorang Mukmin

Dalam keyakinan orang Jepang, bunuh diri ketika merasa gagal, adalah cara mati yang terpuji dan terhormat sebagai seorang kesatria

Oleh: Dr. Achmad Yani, Lc, Med.

MANUSIA adilahirkan sebagai bayi, menyusu kepada ibunya, tumbuh menjadi anak-anak yang manja dan sibuk dengan segala macam alat permainannya. Lalu ia menjadi remaja dengan segala macam kegiatannya, mulai dari sekolah, belajar, nongkrong, jalan-jalan, dengerin musik, pacaran, tawuran, nonton film, jajan, dan lain sebagainya.

Memasuki masa dewasa, ia mulai disibukkan dengan urusan pekerjaan, mencari pengahasilan, mengurusi keluarga, anak dan istri. Setelah itu akhirnya menua, manjadi kakek atau nenek, kemudian mati.

Apakah dengan kematian itu berarti semuanya telah selesai? Jika belum selesai, lantas apa sebenarnya tujuan hidup kita di dunia ini?

Memahami Hakekat Hidup

Pemahaman terhadap tujuan hidup ini sangat penting, karena tujuan itulah yang akan menentukan kemana arah perjalan ini akan ditempuh. Ibarat tujuannnya adalah Jakarta, jika dari Surabaya, maka berarti kita harus berjalan ke arah barat.Begitu juga jika tujuannya adalah Bali, maka berarti kita harus berjalan ke arah timur.

Memahami hakekat tujuan hidup ini menjadi sangat penting, sebab jika pemahaman itu salah, maka bisa dipastikan prilakunya pasti juga salah.

Orang Jepang contohnya, menurut falsafah mereka, hakekat kehidupan ini adalah untuk menunggu kematian.Bagi mereka, jika Anda merasa sudah tidak ada lagi peluang untuk sukses, maka lebih baik mati secepatnya dan tidak ada artinya menunggu di dunia ini lebih lama. Silahkan bunuh diri saja, itu lebih baik dari pada anda menjadi orang yang gagal dalam hidup.

Dalam keyakinan orang Jepang, bunuh diri ketika merasa gagal, adalah cara mati yang terpuji dan terhormat sebagai seorang kesatria yang secara jantan mengakui kegagalannya, dan memilih untuk mengakhiri hidup secepatnya. Ini bisa dilihat daridata yang ada, sampai hari ini minimal 70 orang perhari mati bunuh diri di Jepang, sehingga Jepang menjadi negara nomer satu di dunia untuk jumlah bunuh diri terbanyak.

Sangat ironis, Negara yang begitu maju, canggih dalam teknologi, yang produksi mobilnya dipakai di seluruh dunia: Toyota, Mitsubishi, Daihatsu, Honda, Suzuki, dan lain-lainnya, ternyata menjadi Negara yang jumlah bunuh dirinya terbesar di seluruh dunia. Kanapa itu bisa terjadi, tidak lain adalah disebabkan pemahaman mereka tentang hakekat kehidupan ini.

Sedangkan orang Barat, mereka memahami hakekat kehidupan ini sebagai kesempatan untuk menikmati kehidupan sebelum ajal menjemput.

Itulah sebabnya, menjadi cita-cita hampir semua orang barat untuk bisa melancong ke berbagai penjuru dunia, yang tidak lain tujuannya adalah untuk sepenuhnya bisa menikmati keindahan hidup di dunia. Banyak yang menyangka bahwa semua turis dari barat itu adalah orang kaya.Tidak, justru sebagian besar mereka adalah orang-orang yang ekonominya biasa-biasa saja.Memang ada juga yang kaya raya, namun sebagian besar adalah orang biasa.Kebanyakan dari mereka adalah orang kelas menengah kebawah yang telah bertahun-tahun bekerja, atau bahkan berpuluh-puluh tahun. Uang hasil bekerja itu kemudian ditabung, sekian lama mereka menabung, kemudian uang itu mereka habiskan untuk melancong ke berbagai penjuru dunia selama setahun, dua tahun, atau bahkan lima tahun, dan seterusnya.

Trend melancong dalam waktu yang lama sudah menjadi gaya hidup sebagian besar orang barat. Kenapa bisa begitu, jawabannya adalah disebabkan pemahaman mereka dalam memakanai hakekat kehidupan.Bagi mereeka, hidup ini adalah kesempatan untuk menikmatinya, sebelum kita dijemput oleh kematian.Nikmatilah hidupmu sepenuhnya, sebelum engkau meninggakan dunia.Dan cara menikmati hidup yang paling istimewa untuk mereka adalah dengan melancong ke berbagai penjuru dunia dalam waktu yang lama, tidak perlu kerja, makan tinggal makan, tidur tinggal tidur, tidak ada yang menyuruh, tidak ada yang memberi tekanan, tidak ada kewajiban untuk kerja, rapat, ngajar, dan segala macam kegiatan lainnya, yang kesemuanya itu dirasakan sebagai tekanan dalam menjalani kehidupan.

Kemudian kita sebagai orang mukmin, apa makna hakekat kehidupan ini untuk kita? Apakah hidup ini hanya untuk menikmati makanan yang lezat-lezat? Jika itu pemahaman kita, lalu apa beda kita dengan sapi yang seumur hidupnya hanya makan dan makan. Jika urusan makan, tentu sapi lebih hebat dari kita, sebab sapi sepanjang hidupnya adalah untuk mengunyah makanan. Sedangkan manusia, setelah menikmati makanan satu piring, maka dia pun sudah merasa kenyang, dan sudah tidak sanggup lagi menyantap makananan yang lainnya.

Adakah hidup kita hanyalah untuk menikmati wanita cantik dan menyalurkan nafsu biologis semata? Jika urusan pemuasan kebutuhan biologis, maka ayam jauh lebih hebat dari kita, sebab ayam mampu melakukan hubungan biologis sehari lebih dari 20 kali.Sedangkan kita?Kemampuan dan kekuatan kita kalah jauh dibandingkan ayam.

Ataukah hidup kita ini hanya untuk jalan-jalan dan menikmati pemandangan? Jika itu tujuannya, tentu burung elang yang bisa terbang tinggi di udara jauh lebih hebat dari kita. Tiap hari ia terbang tinggi dan menimkati pemandangan yang begitu indah dari atas ketinggian, terbang jauh kemana ia suka.

JADI apa sebenarnya tujuan hidup kita? Apakah kita dilahirkan, tumbuh jadi anak-anak, remaja, dewasa, kemudian menua, dan akhirnya mati… Adakah dengan itu berarti hidup kita telah selesai?

Allah berfirman dalam Al-Quran:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS Al-Mu’minuun: 115)

Sesungguhnya jawaban dari pertanyaan ini adalah dalam firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz-Dzaariyat: 56)

Ayat tersebut diatas merupakan petunjuk dari Allah Subhanahu Wata’ala kepada manusia tentang tujuan diciptakannya di muka bumi ini. Sebagai manusia, kita memang perlu makan, minum, tidur, bekerja, menikah, istirahat, pakaian, tempat tinggal, alat transportasi, harta, dan lain sebagainya. Namun kesemuanya itu bukanlah tujuan, melainkan itu hanyalah alat untuk kita beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Makna ibadah dalam islam sangatlah luas, semua aktivitas yang dilakukan manuasia bisa bernilai ibadah, sejak dari bangun tidur, sampai tidur lagi, bahkan tidur itu sendiri, juga bernilai ibadah. Ibadah dalam islam bukan hanya berbentuk sholat, puasa, haji, baca al-Quran, melainkan semua aktivitas manusia bisa bernilai ibadah.

Ketika kita bangun tidur, kemudian kita ke kamar mandi untuk buang air kecil, kita niatkan itu sebagai ibadah, menjaga kesehatan, merawat anugerah Allah berupa badan, sebab kalau air kencing ditahan itu bisa menyebabkan penyakit, dengan niat yang seperti maka buang air kecil itupun bernilai ibadah.

Dilanjutkan berwudlu dan kemudian sholat, ini juga ibadah. Setelah itu kita sarapan, diniatkan agar badan kita ada energy sebagai bekal ibadah, maka sarapan kita itupun bernilai Ibadah.

Kemudian kita mandi pagi, gosok gigi, dan membersihkan badan, diniatkan untuk menjaga kesegaran badan, biar tidak bau, dan tidak menganggu orang disekitar kita, maka ini pun bernilai ibadah.Begitu juga ketika kita pergi ke tempat kerja, kita niatkan mencari rizki yang halal, untuk diri sendiri dan keluarga, maka sejak pagi sampai sore kita bekerja, selama itulah pahala ibadah terus mengalir.

Semua aktitas yang sifatnya duniawi seperti ke pasar, ke kampus, ke kantor, ke sawah, dan lain sebagainya,itu semua bisa bernilai ibadah jika kita betul dalam meniatkannya. Namun jika kita salah niat, maka semua aktivitas itu hanyalah bernilai amalan dunia saja, dan tidak ada pahalanya di akhirat.

Tidak penting bagi seorang mukmin apakan dia menjadi kaya atau misikin, pejabat atau rakyat, bos atau kuli, atasan ataupun bawahan, sebab bagi seorang mukmin, apapun situasinya, bagaimanapun keadaannya, semuanya adalah kesempatan untuk beribadah.

Jika dia miskin dan sabar dengan kekurangannnya, maka kemiskinan adalah keberkahan baginya, sebab kesabaran menjalani kehidupan dengan serba kekurangan mendatangkan pahala untuknya. Jika dia kaya, itu juga kesempatan baginya untuk beribadah, mensyukuri kekayaan yang diberikan, banyak berzakat dan bersedekah, menolong siapa saja yang memerlukan, maka dengan begitu kekayaan adalah keberkahan untuknya, sebab harta yang dimiliki menjadi sumber pahala.

Rasulullah bersabda:

عَجَبًا لأَمْرِ المؤمنِ إِنَّ أمْرَه كُلَّهُ لهُ خَيرٌ ليسَ ذلكَ لأَحَدٍ إلا للمُؤْمنِ إِنْ أصَابتهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فكانتْ خَيرًا لهُ وإنْ أصَابتهُ ضَرَّاءُ صَبرَ فكانتْ خَيرًا لهُ) رواهُ مُسْلِمٌ

Alangkah mengagumkan kehidupan seorang mukmin, sungguh segala urusannya mendatangkan kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan yang seperti itu hanya ada dalam kehidupan seorang mukmin.Ketika dia mendapatkan kesenangan, maka diapun bersyukur, dan itu mendatangkan kebaikan untuknya (pahala).Begitu juga ketika dia sedang ditimpa kesusahan, maka dia pun bersabar, dan itu pun mendatangkan kebaikan untuknya (pahala).” [HR Muslim]

Wallahu A’lam.
Penulis adalah Dosen di Universitas Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM)

No comments:

Post a Comment