25.9.14

Istighfar yang Membawa Kemakmuran

Bila istighfar menyuburkan pepohonan, sebaliknya niat buruk bisa menghancurkan tanaman

Oleh: Muhaimin Iqbal

SEBAGAI individu terkadang kita merasa sudah bekerja ekstra keras siang dan malam, tetapi hasil belum seperti yang kita harapkan – kemakmuran belum juga kunjung datang. Dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara-pun demikian, para pemimpin dan wakil rakyat ketika berkampanye selalu menjanjikan kemakmuran ke rakyatnya – lagi-lagi mayoritas janji-tinggal janji – kemakmuran masih jauh panggang dari api. Apa yang salah? Apa ada yang kurang? Kemungkinan besar yang kurang itu adalah istighfar!

Kita sudah bekerja keras tetapi kurang beristighfar, para pemimpin dan wakil rakyat menjanjikan banyak hal tetapi juga tidak mengajak rakyat untuk beristighfar – maka hasilnya ya seperti ini. Sudah 69 tahun merdeka negeri yang subur ijo royo-royo ini masih harus mengimpor begitu banyak makanannya dan masih harus disubsidi energi-nya. Lantas apa hubungannya antara istighfar dan kemakmuran?

Saya menemukan setidaknya di dua tempat di Al-Qur’an di mana perintah beristighfar itu terkait langsung dengan kemakmuran.

Yang pertama di surat Nuh:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً
يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً

Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh [71]: 10-12)

Yang kedua di surat Hud:

وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحاً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ

Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Saleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS: Hud [11]: 61)

Bagi masyarakat yang umumnya petani di negeri agraris ini misalnya, istighfar adalah pupuk yang paling efektif bagi kebun-kebun mereka sebagaimana ayat-ayat tersebut di atas. Mengapa demikian? Para petani ini bila tanamannya berhasil, sering lupa bahwa seolah dialah yang bisa menyuburkan tanamannya.

Para peneliti dan ilmuwannya lebih-lebih lagi, mereka sering merasa – dan bahkan mengklaim hak – atas keberhasilan tanamannya, lupa bahwa hanya Allah lah yang bisa menumbuhkan tanaman-tanaman tersebut sebagaimana disebutkan dalam surat Al-An’am;

إِنَّ اللّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَى يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ذَلِكُمُ اللّهُ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ

Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?” (QS: An’am [6] :95)

Juga pada surat An-Naml berikut:

أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنزَلَ لَكُم مِّنَ السَّمَاءِ مَاء فَأَنبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَّا كَانَ لَكُمْ أَن تُنبِتُوا شَجَرَهَا أَإِلَهٌ مَّعَ اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ

Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).” (QS: An Naml [27]: 60)

Bila istighfar menyuburkan pepohonan, sebaliknya niat buruk bisa menghancurkan tanaman. Di surat Nun (68: 17-33) Allah bercerita tentang dua pemilik kebun yang bakhil yang berniat menghalangi orang miskin dari mendapat bagian hasil kebunnya, maka kebun itu dihancurkan oleh Allah menjadi hitam seperti malam yang gulita.

Di surat lain yaitu Surat Al-Kahfi Allah bercerita tentang kebun yang sangat indah – namun kemudian Allah hancurkan karena pemiliknya angkuh dan kafir, tidak berucap Masya Allah, Laa Haula Wala Quwwata Illa Billah ketika memasuki kebunnya.

Jadi bila niat buruk dan kesombongan menghancurkan kebun, istighfar dan niat baik-lah yang bisa menyuburkannya. Niat baik bahkan juga akan mendatangkan hujan khusus bagi pemilik kebun ketika orang lain kekeringan, yang terakhir ini pernah saya tulis enam tahun lalu dalam Prinsip 1/3.

Lalu istighfar seperti apakah yang akan menghadirkan kemakmuran dan pertolonganNya itu? tentunya adalah istighfar yang benar yang terpenuhi syarat dan adabnya. Dr. Yusuf Qaradhawi menguraikan syarat dan adab istighfar itu antara lain sebagai berikut:
  • Niat yang benar dan ikhlas semata ditujukan kepada Allah.
  • Kesatuan hati dan lidah ketika beristighfar.
  • Dalam kondisi bersuci ketika beristighfar.
  • Dalam kondisi takut dan berharap hanya kepada Allah.
  • Memilih waktu yang utama, yaitu waktu sahur.
  • Istighfar dalam shalat, dalam posisi sujud, sebelum salam atau sesudah salam.
  • Beristighfar untuk dirinya sendiri dan bagi seluruh kaum muslimain.
  • Beristighfar dengan redaksi yang dicontohkan dalam Al-Qur’an dan dalam As Sunnah. Di Al-Qur’an contoh-contoh itu antara lain ada di Al-A’Raaf 23; Al-Mumtahanah 4-5 ; Ali Imran 147 dan 193 ; dan di surat Al-Hasyr 10.
Meskipun bahasan di ayat-ayat tersebut di atas terkait dengan kebun, tentunya ini juga berlaku pada bidang pekerjaan apapun yang lain. Bahwa istighfar dan niat baik itu akan menghadirkan kemakmuran, sebaliknya nita buruk, kesombongan, keangkuhan dan kekufuran itu menghancurkan jerih payah kita sebagaimana api menghanguskan kayu bakar.

Maka cara jitu bagi calon-calon wakil rakyat dan calon pemimpin kedepan agar mereka bisa berjanji memakmurkan rakyat dan kemudian juga bisa menepatinya, isi kampanye yang layak untuk ini hanya lima hal yaitu: 1) mengajak rakyat (dan tentu dirinya sendiri juga) untuk beristigfar banyak-banyak, 2) meluruskan niat yang ikhlas semata untuk Allah apapun yang mereka perjuangkan, 3) menjauhi kebakhilan, kesombongaan dan kekufuran, 4) Mengajak meningkatkan keimanan dan 5) mengajak pada ketakwaan. Dua yang terakhir – yaitu iman dan takwa – adalah jalan untuk dibukanya keberkahan dari langit dan dari bumi (QS 7:96).

InsyaAllah negeri ini bisa makmur, bila para penduduk, wakil rakyat dan para pemimpin – semuanya tahu apa yang harus dilakukan, yaitu mulai dari Istighfar!

Penulis adalah Direktur Gerai Dinar

No comments:

Post a Comment