29.9.14

Benarkah Koalisi Merah Putih Menjadi Benteng Terakhir Bangsa dan Negara?

JAKARTA (voa-islam.com) – Koalisi Merah Putih melakukan silaturrahmi di Hotel Sultan, di hadiri seluruh ketua umum partai koalisi Merah Putih. Aburizal Bakri (Golkar), Prabowo (Gerindra), Hatta Rajasa (PAN), Suryadarma Ali (PPP), Anis Mata (PKS), MS.Kaban (Bulan Bintang), Amin Rais dan Akbar Tanjung, Jum'at, kemarin.

Masing-masing ketua umum partai koalisi Merah Putih, menyampaikan pidato, dan menjelaskan tujuan dari koalisi Merah Putih. Secara eksplisit dikemukakan oleh Aburizal Bakri, bahwa koalisi Merah Putih, bukanlah semata-mata ingin menjadikan Prabowo-Hatta Rajasa sebagai presiden. Tujuan koalisi Merah Putih menjaga kedaulatan negara dan ideologi negara Pancasila.

Menurut Aburizal Bakri, sekarang ada usaha-usaha yang ingin mengubah Pancasila, tegasnya. “Sekarang ada usaha-usaha mengubah ideologi Pancasila dengan idelogi lainnya. Ada usaha mencabut Tap MPR No.V/1966, yang memungkinkan ideologi komunisme di Indonesia hidup kembali’. “Kita harus berani menolak bangkitnya komunisme", tegas Aburizal Bakri.

Sejak reformasi setidaknya menurut Aburizal Bakri, Indoneisa akibat mengalami krisis menandatangai MOU dengan IMF, dan melahirkan berbagai kebijakan yang merugikan kepentingan nasional Indonesia. Dia mencatat sekurang-kurangnya ada 116 undang-undang yang memberikan keleluasaan kepada asing menguasai Indonesia.

Ini menjadi tugas kita mengubah udang-undang yang hanya memberikan keuntungan kepada kepentingan asing”, tambahnya.

Indonesia sudah sangat liberal, dan tidak lagi berdasarkan demokrasi Pancasila, tambahnya. Bukan hanya politik yang liberal, tapi ekonomi dan budaya Indonesia sudah sangat liberal.

Sementara itu, menurut Prabowo, Indonesia sudah kehilangan kedaulatannya. Bagaimana menurut Prabowo, ketika DPR mensahkan revisi Undang-Undang pilkada melalui DPRD, langsung pers asing begitu negatif, ucapnya. “Apakah kalau rakyat miskin, asing akan memperhatikan rakyat kita?"

Puluhan juta rakyat Indonesia yang miskin, dan akan terus miskin. “Asing akan membiarkan kita hidup, tidak sampai mati, karena kita hanya akan dijadikan sapi perahan oleh asing”, ucap Prabowo.

Hatta Rajasa menegaskan bahwa Indonesia tahun 2015, memasuki era pasar bebas dan globalisasi yang tidak dapat dihindari. Ini akan mempunyai dampak langsung bagi masa depan Indonesia. Bagaimana menyelamatkan bangsa dan negara Indonsia?

Suryadarma Ali mengatakan satu-satunya jalan bagi masa depan Indonesia dengan bersatunya seluruh elemen bangsa. Demikian pula, MS Kaban, menyerukan penguatan kesatuan partai-partai politik menghadapi perubahan yang ada.

Anis Mata, mengatakan, pemilihan presiden 2014, menciptakan polarisasi bangsa. Pengkutuban antara kekuatan konservatif dengan liberal. Seperti di AS yang terbelah antara Partai Republik yang mewakili nilai-nilai konservatif, dan Demokrat yang mewakili nilai-nilai liberal, ungkap Anis.

Anis menggambarkan koalisi Merah Putih sebagai kekuatan konservatif, yang berbasis idelogi nasionalisme dan Islam. Presiden PKS itu, menyebutkan kelompok Jokowi sebagai kelompok liberal.

Pengkutuban ini akan berlangsung terus, karena hakekatnya memang terjadi pengkutuban secara kepentingan dan ideologi.

Kalangan yang disebut Anis sebagai konservatif akan memperjuangkan kepentingan dan kedaulatan nasional Indonesia, di tengah-tengah arus globalisasi sekarang ini.

Penegasan Anis itu, sebagi bentuk kolaborasi antara golongan nasionalis dan Islam, secara bersama-sama dengan bertumpu ideologi negara Pancasila ingin menjaga dan menegakkan kedaulatan politik dan ekonomi nasional Indonesia. Bukan semata-mata merengkuh kekuasaan.

Dibagian lain, Amin Rais menegaskan bahwa koalisi Merah Putih sebagai ‘BASTION’ dan ‘STRONGHOLD’, benteng terakhir bagi bangsa Indonesia. Amin Rais menegaskan, jika Koalisi Merah tidak mampu mempertahankan keutuhannya, maka sudah tidak ada lagi kekuatan yang akan dapat menyelamatkan Indonesia.

Amin melihat Indonesia sudah dikuasai oleh asing, dan Indonsia menjadi ‘corperate state’. Betapa sekarang ini, kekayaan dan asset mengalir dengan sangat deras ke luar negeri. Sementara itu, rakyat tidak mendapatkan apa-apa, tegasnya.

"Kita ini menjadi bangsa jongos di rumah sendiri. Tidak ada kemandirian, kurang berkeadilan, ekonomi kita hancur-hancuran. Semua itu bukan karena konstitusi, tapi people behind constitution," tegas Amien Rais .

Keprihatinan itu berangkat dari pemikirannya atas bab 14 UUD 1945 pasal 33 dan 34. Ia menyebut bangsa Indonesia setelah 15 tahun lebih pasca reformasi, belum banyak yang dicapai karena tak mengaplikasikan UUD 1945.

"Karena itu saya berpesan, demokrasi sekarang menunjukkan perilaku aneh. Pemilik modal mengkooptasi kekuatan politik. Ini berbahaya!" lanjutnya.

Lima tahun ke depan, kolisi Merah Putih, menurut Akbar Tanjung, harus bersama-sama melakukan revisi seluruh undang-undang yang merugikan kepentingan nasional Indonesia. Merugikan kepentingan nasional, dan mengakibatkan bangsa Indonesia terpuruk.

Selanjutnya, Akbar Tanjung berpesan kepada anggota parlemen yang baru, agar menjadikan masalah perubahan undang-undang menjadi prioritas utama.

Adakah ini akan benar-benar menjadi agenda utama koalisi Merah Putih? Adakah ini akan menjadi agenda utama Aburizal Bakri, Prabowo, Hatta Rajasa, Anis Matta, Suryadarma Ali, MS Kabarn, Akbar Tanjung, Amin Rais?

Dapatkah secara kolektif para tokoh dan pemimpin partai yang tergabung dalam koalisi Merah Putih menjadi tauladan dan panutan dalam membela dan menegakan bangsa dan negara.

Mereka bertekad mengembalikan kedaulatan ekonomi, politik, dan budaya bangsa Indonesia yang sekarang ini sudah menjadi negeri jajahan asing. Ini tidak mudah.

Kesadaran kolektif para pemimpin koalisi Merah Putih ini akan diuji seiring perjalanan waktu. Benar dan jujurkah ucapan mereka? Sebaliknya, apakah pidato mereka hanya retorika politik belaka.

Wallahu’alam.
mashadi1211@gmail.com
See more at: http://www.voa-islam.com/read/opini/2014/09/27/33087/benarkah-koalisi-merah-putih-menjadi-benteng-terakhir-bangsa-dan-negara/#sthash.Um5QADm8.dpuf

No comments:

Post a Comment