30.12.13

Buang Jimat Untuk Hindari Gangguan Jiwa!

Jumat, 13 Nopember 09

JAKARTA -- Jamaah haji yang akan berangkat ke Tanah Suci diminta untuk menanggalkan semua jimat beraroma syirik yang dimilikinya. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari gangguan jiwa yang biasanya diderita pemilik jimat ketika di Tanah Suci.

Demikian dikatakan Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan, Dr Firdaus Yusuf Rusdi, saat dimintai tanggapannya mengenai banyaknya jamaah haji Indonesia yang mengalami gangguan jiwa di Tanah Suci. Menurut dia, jamaah yang memiliki jimat, biasanya memang akan mengalami gangguan jiwa ketika berada di Mekah ataupun Madinah.

''Tapi kalau sudah keluar (dari Mekah atau Madinah), mereka sembuh dengan sendirinya,'' ujar Firdaus.

Firdaus menjelaskan, fenomena itu diketahuinya berdasarkan pengalamannya memimpin petugas kesehatan jiwa para jamaah haji selama empat tahun. Setiap tahun, imbuh dia, ditemukan sekitar 20 jamaah haji pengguna jimat yang akhirnya mengalami gangguan jiwa. ''Itu bukan tergolong kelainan jiwa secara medis,'' kata Firdaus.

Karenanya, lanjut Firdaus, pengobatan terhadap pasien tersebut tidak bisa dilakukan oleh dokter secara medis. Dia menyatakan, pasien hanya bisa diobati dengan bantuan seorang pembimbing ibadah yang akan membimbing pasien melepaskan diri dari pengaruh jimat yang dimilikinya.

Caranya, lanjut Firdaus, dengan melakukan taubat yang sebenar-benarnya karena penggunaan jimat mengandung unsur syirik. Setelah itu, imbuh dia, pasien diperintahkan untuk minum air zam-zam. ''Dengan cara pengobatan tersebut, pasien akan langsung sembuh,'' tandas Firdaus.

Firdaus mengakui, selain disebabkan pengaruh jimat, gangguan jiwa juga bisa disebabkan karena alasan medis yang memang diidap jamaah sejak di Tanah Air. Untuk mengatasi hal tersebut, imbuh dia, para petugas kesehatan telah menyiapkan obat-obatan dan penanganan medis yang tepat.

Firdaus menambahkan, perbedaan sosio-kultural antara Indonesia dan Arab Saudi juga bisa memicu kepanikan hingga syok yang tinggi di kalangan jamaah terutama yang berasal dari daerah terpencil. Meski belum dikategorikan gangguan jiwa, namun jamaah tersebut biasanya disangka menderita gangguan jiwa.

Lebih lanjut Firdaus mengatakan, untuk menghindari gangguan jiwa di Tanah Suci, para jamaah harus mengikuti pembinaan spiritual yang digelar pihak Departemen Agama (Depag) ketika latihan manasik haji. Dengan demikian, para jamaah akan memiliki kesiapan mental untuk menghadapi situasi sulit di Tanah Suci.

Seperti diberitakan, banyak jamaah Indonesia yang mengalami gangguan jiwa saat berada di Tanah Suci. Pekan lalu misalnya, Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Madinah merawat belasan jamaah yang mengalami gangguan jiwa, tiga di antaranya mengalami gangguan jiwa berat. (http://www.republika.co.id/koran)

No comments:

Post a Comment