30.1.13

“Yang Membesarkan Al Mukmin Ngruki ya.. Media Sendiri”

Rabu, 30 Januari 2013

POSTUR tubuh yang tinggi dihiasi senyum, memudahkan ia akrab dengan semua orang yang ditemui. Pria itu tak lain, Abdurochim Ba’asyir (AB), anak ketiga dari Ustad Abubakar Ba’asyir (ABB), pria paling ditakuti Amerika Serikat (AS) yang kini sedang berada dibalik penjara Maximum Security di Nusa Kambangan.

Di Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki Solo, lelaki yang biasa dipanggil Ustad Iim ini meneruskan perjuangan sang ayah, menjadi seorang pengajar.

Kepada hidayatullah.com, pria yang juga menjadi guru mata pelajaran aqidah di PP Al Mukmin ini berbagi cerita. Tentang Ngruki, terorisme, kurikulum santri dan Abubakar Ba’asyir. Inilah petikan wawancaranya.

***

Pesantren Al Mukmin termasuk salah satu pesantren yang sering dikaitkan terorisme. Sebenarnya Apa yang diajarkan oleh Al Mukmin itu sendiri?

AB: Sebenarnya apa yang diajarkan di Pesantren Al Mukmin sama dengan sekolah umum. Materi kurikulum Departemen Pendidikan juga Departemen Agama menjadi bagian dari standar pendidikan kami. Kami menggunakan semuanya tanpa membedakan baik pelajaran matematika, pendidikan sosial, ekonomi hingga ilmu pengetahuan alam.

Hanya untuk masalah pelajaran aqidah Pesantren Al Mukmin ini memang memiliki guru guru khusus. Aqidah itu urusan dasar seorang Muslim. Jadi gurunya memang harus khusus. Apapun kemahiran seseorang atas mata pendidikan tertentu, tidak akan berhasil kita mendidik anak jika kita gagal mengajarkan aqidah kepada mereka.

Bagaimana cara pesantren Al Mukmin merubah citra terkait terorisme?

AB: Tidak ada tips khusus. Kuncinya cuma satu istiqomah. Nanti seiring waktu masyarakat yang akan menilainya sendiri. Kami tidak pernah mengajarkan teror. Yang kami ajarkan kebenaran. Baik aqidah hingga syariat Islam secara komprehensif.

Citra buruk mengenai Pesantren Al Mukmin sebagai ‘teroris’ justru ditulis wartawan international. Terakhir kami menerima seorang wartawan Australia, dari Sidney Morning. Saat berkunjung, mereka semua bingung. Mereka pikir kami cuma pesantren kecil dan tidak berkualitas. Nyatanya, Anda lihat sendiri? Pesantren kami semakin ramai. Dan minat masyarakat untuk mendapatkan pelajaran aqidah yang benar makin meningkat. Bahkan tiap tahun terus meningkat orangtua yang ingin anaknya ikut pesantren Al Mukmin.

Saya ingat wajah wartawan yang bingung itu. Ia juga sempat bertanya mengapa pesantren ini bisa berkembang pesat? Saya menjawab bahwa penyebabnya ya karena mereka sendiri. Semakin banyak wartawan, media online hingga TV membicarakan Al Mukmin sarang ‘teroris’, pada saat yang sama semakin banyak juga masyarakat ingin tahu sendiri benar atau tidaknya berita itu. Akhirnya mereka datang sendiri ke Ngruki untuk cari tahu.

Ketika media-media asing sering mengangkat, alhamdulillah masyarakat justru lebih memilih mencari tahu sendiri dengan mengunjungi pesantren kami. Akhirnya banyak dari mereka tahu semua itu cuma rekayasa dan sebuah fitnah. Mereka akhirnya memberikan dukungan dan ikut membela kami dengan menyekolahkan anak-anaknya di sini.

Adakah perubahan santri sebelum dan sesudah belajar di sini?

AB: Jujur kami tidak bisa mengontrol para alumni Al Mukmin yang sudah puluhan ribu. Namun jika melihat masa-masa para santri di pesantren memang punya kenangan sendiri. Apalagi melihat santri yang latar belakangnya anak jalanan, berandalan dan tidak terdidik.

Santri di Al Mukmin tidak semua dari keluarga yang baik-baik. Banyak juga bergabung tanpa diantar orangtuanya. Mereka biasa di antara oleh wali baik kerabat yang masih keluarga atau orang yang memang sengaja ingin menyekolahkan mereka.

Dari pribadi yang urakan sampai bisa menjadi pribadi yang rajin sholat dan memahami syariat Islam. Melihat perubahan dalam diri mereka itu selalu memiliki rasa syukur tersendiri dalam diri kami para pengajar.

Hal-hal seperti itu membuat saya selalu teringat pesan Ustad Abu (ABB) apa tujuan pesantren in didirikan. Pada kondisi terdapat anak-anak yang berubah itu saya merasakan bahwa tujuan ustad Abu tercapai. Lebih indah jika mereka yang telah lulus masih mengingat kami. Banyak alumni yang masih suka bersilahturahim. Walau hanya menyapa lewat telepon atau SMS.

Apa hubungan antara Pesantren Al Mukmin dengan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT)?

AB: Kami tidak memiliki hubungan apapun selain aqidah kami yang sama-sama Islam. Al Mukmin dan JAT memang selalu diidentikan sama. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Al Mukmin dan JAT adalah dua institutis organisasi yang berbeda dan tidak memiliki hubungan langsung. Kalaupun ada persamaan itu hanya karena kedua ini sama-sama didirikan oleh Ustad Abu. Namun secara gerakan, Al Mukmin tidak ada hubungan apapun dengan JAT.

Amerika memasukkan Pesantren Al Mukmin dalam daftar jaringan terorisme?

AB: Semua fitnah keji itu tidak mempengaruhi apapun dengan aktivitas sehari-hari kami. Kita sebagai umat Islam harus melihat masalah ini secara jelas. Wajar jika Amerika bersikap seperti itu. Bukankah aqidah Islam memang tidak mentoleransi pihak-pihak yang terang-terangan memerangi Islam? Amerika dan Zionis telah menyatakan diri memusuhi Islam. Itu kenapa kita harus mempunyai sikap terhadapnya.

Islam adalah agama yang damai. Ia selalu berada ditengah mengayomi semua perbedaan dan menyatukannya dalam ikatan aqidah. Tapi sikap itu tidak berlaku bagi musuh yang telah mendeklarasikan diri memerangi Islam. Amerika akan selalu menjadi musuh karena mereka memusuhi syariat kami lebih dulu. Itulah konsekuensi tauhid kita harus membenci mereka.

Banyak orang menilai pemerintah Amerika berbeda dengan rakyatnya. Yang melakukan kebijakan kan pemerintahnya?

AB: Ya kita memang harus tetap adil dalam mengkritisi kebijakan Amerika. Di sisi lain kita juga harus melihat bagaimana Amerika mengeruk hasil bumi Indonesia yang digunakan untuk menjalani roda pemerintahan mereka. Hal itu bukan hanya di Indonesia, mereka juga merampas kekayaan minyak di Negara-negara Islam di Timur Tengah, seperti; Iraq hingga Afghanistan. Pada kondisi yang lain Amerika juga membunuhi bahkan ‘memperkosa’ umat Islam di tempat-tempat jajahan tersebut.

Kita memang melawan kebijakan pemerintahnya, seharusnya masyarakat Amerika juga harus memusuhi pemerintahnya. Jangan salahkan korban sipil dari pihak Amerika saja, lihat berapa banyak salah tembak, salah bom hingga pemerkosaan terhadap rakyat sipil umat Islam di Afghanistan, Iraq hingga Palestina.

Apa pendapat Anda terhadap program ‘perang melawan terorisme’ di Indonesia?

AB: Perang melawan teroris di Indonesia adalah bendera palsu. Toh para ‘teroris’ itu juga buatan intel. Perang melawan teroris di Indonesia adalah wadah bisnis model baru. Keganjilan-keganjilan penangkapan bahkan penembakan para ‘terduga teroris’ sendiri sudah bisa dipahami masyarakat umum. Kita anti Amerika, tapi melawannya juga harus dengan cara yang elegan, tidak reaktif dan harus terukur agar tidak mudah ditunggangi.

Di Indonesia tugas kami adalah menyebarkan dakwah tauhid. Jadi isu makar, terorisme dan semua yang digulirkan oleh Densus 88 atau Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) jelaslah tidak mendasar. Kita bisa melihat dari fakta penangkapan Ustad Abu. Fakta menunjukkan, tak ada satupun data yang bisa membuktikan keterlibatan ABB atas semua tuduhan tersebut.

Kalaupun ada saksi yang mengaku diperintah Ustad Abu, semua itu bohong. Saya sudah melakukan croscek ke beberapa saksi mengapa mereka memberikan kesaksian palsu di pengadilan. Faktanya, mereka disiksa. Bahkan ada yang dilas dan dipukuli sampai cacat.

Ini cobaan besar umat Islam di Indonesia. Semua orang hari ini bisa menuduh kita ‘teroris’ karena media juga banyak berpihak pada rekayasa ini. Namun dengan pertolongan Allah, kita perlu istiqomah saja. Hidup bermasyarakat, melayani umat dan terus menyebarkan dakwah al-Quran dan as-Sunnah. Pada akhirnya masyarakat akan tahu sendiri.

Menurut Anda, mengapa isu ‘terorisme’ di Indonesia tidak kunjung selesai?

AB: Isu ini memang harus ‘dipelihara’. Tanpa terorisme maka tidak akan ada dana cair dari Amerika. Seperti yang saya bilang tadi, isu terorisme ini proyek bisnis semata. Ujung-ujungnya masalah uang.

Jika teroris sudah hilang di Indonesia maka proyek perang melawan terorisme juga akan hilang. Jika proyek perang terhadap terorisme ini berhenti maka dana subsidi untuk biaya operasi perang melawan terorisme ini juga akan dihentikan.

Dana operasi ini sebenarnya yang menggiurkan. Karena itu BNPT dan Densus 88 akan selalu membutuhkan terorisme untuk bahan proposal. Jadi kalau ‘teroris’ sudah tidak ada ya apapun akan dikaitkan untuk direkayasa agar Amerika percaya ‘teroris’ masih ada di Indonesia. Kenyataannya? Banyak yang asal tuduh dan suka menjebak aktivis Islam dengan keji.

Adakah perbedaan ketika Ustad Abu di sini dan setelah di penjara?

AB: Alhamdulillah tidak ada. Dakwah kami adalah dakwah tauhid bukan dakwah figuritas. Figuritas itu baik untuk mencari teladan yang baik. Pada batas tertentu tauhid tetap mengajarkan kami untuk hidup mengandalkan Allah Subhanahu Wata’ala, bukan ABB. Saya tentu bersedih dengan fitnah yang dialami oleh ayah saya itu. Tapi semua itu tidak membuat semangat kami tambah lemah.

Ada atau tidak ada Ustad Abu di Al Mukmin, dakwah tauhid akan terus berjalan. Ia boleh jadi ada di balik jeruji tapi semangat dan wejangannya akan selalu ada menginspirasi kami.

Bagaimana pendapat Anda tentang para terduga ‘teroris’ yang ditembak mati tanpa proses pengadilan?

AB: Saat ini kedzaliman terus berjalan. Saya berpesan agar pihak keluarga jangan gentar. Perjuangkan hak-hak hukum kita. Jenazah-jenazah yang sulit untuk dikembalikan harus diperjuangkan mati-matian. Bukan semata karena itu hak keluarga tapi ini sebagai bukti agar masyarakat bisa melihat lebih jelas betapa biadabnya mereka.

Saya juga mencurigai ada jaringan penjualan anggota tubuh. Ini terkait dengan proses-proses otopsi yang dilakukan tanpa izin dari pihak keluarga. Saya berharap para ulama lebih tanggap untuk hal-hal seperti ini. Karena untuk urusan menghilangkan nyawa orang tidak bersalah Islam punya aturan yang sangat tegas.

Karenanya, saya berharap umat Islam bisa semakin bersinergi dan tidak kehilangan fokus untuk terus membina umat dengan dakwah tauhid. Mulai dari elemen ulama hingga jurnalis harus menguatkan komunikasi ini. Lawan kita sangat sistematis, tapi tentulah tidak ada makar yang bisa menandingai makar Allah Subhanahu Wata’ala.*

No comments:

Post a Comment