27.11.12

Yahudi, Bangsa Pelanggar Janji!

Oleh: Qosim Nursheha Dzulhadi

RABU (21/11/2012) kemarin, menandai Gerakan Perjuangan Islam Harakatul Muqawwamah al-Islamiyyah (Hamas) berhasil membuat ‘takluk’ Zionis-Israel dengan sebuah perjanjian gencatan senhata di Kairo, sesudah perang selama 8 hari yang diawali dengan pembunuhan pemimpin mujahidin Hamas Ahmad al-Ja’bari.

Negosiasi dilaksanakan di Kairo dengan mediasi pemerintahan Mesir dibawah Mursy melahirkan perjanjian yang efektif diberlakukan pada pukul 21 waktu setempat -atau pukul 01 WIB atau Kamis (22/11/2012) WIB.

Di antara teks kesepakatan gencatan senjata tersebut adalah: Pertama; Israel akan menghentikan semua tindakan permusuhan (hostilities) di daratan, laut dan udara Jalur Gaza, termasuk invasi-invasi dan penargetan individu-individunya. Kedua, semua faksi Palestina akan menghentikan semua tindakan permusuhan dari Jalur Gaza terhadap Israel, termasuk serangan roket dan semua serangan di sepanjang perbatasan. Ketiga, adanya pembukaan perbatasan-perbatasan dan difasilitasinya perpindahan/pergerakan orang dan barang dan dihentikannya pembatasan-pembatasan terhadap warga serta pentargetan warga di kawasan perbatasan. Prosedur pelaksanaan (kesepakatan ini) akan dilaksanakan dalam 24 jam sesudah dimulainya gencatan senjata.

Sesungguhnya jika dicermati secara jeli, perjanjian ini secara tidak langsung menunjukkan sudah tidak adanya “blokade” yang selama ini merupakan sangat memberatkan warga Gaza. Hanya saja, apakah kesepakatan seperti ini berlangsung selamanya atau hanya sementara? Masalahnya, sejarah sudah membuktikan, bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa yang dikenal suka berhianat dan suka mengingkari perjanjian.

Nabinya saja dikhianati.

Beberapa jam adanya perjanjian senjata antara Hamas dengan Zionis-Israel, tentara Israel masih melanggar kesepakatan dengan menembak petani Palestina. Sejatinya tidak ada yang mengherankan. Itulah watak asli Israel alias Yahudi: bangsa yang suka melanggar janji dan mengkhianati kesepakatan. Bahkan kepada nabi mereka, Mūsā, mereka terbiasa mempermainkan perjanjian dengan Allah (Qs. al-Baqarah (2): 62). Kalau bukan karena rahmat Allah atas mereka, niscaya mereka telah binasa (Qs. al-Baqarah (2): 64). Itu sebabnya bangsa Yahudi banyak sekali mendapat siksa, karena cepat sekali mengingkari janji-janjinya kepada Allah. Maka dalam Al-Qur’an mereka dicap sebagai al-maghḍūb ‘alaihim: bangsa dan kaum yang dimurkai oleh Allah. (Lihat, Imam Jalāl al-Dīn Muḥammad ibn Aḥmad ibn Muḥammad al-Maḥallī & Imam Jalāl al-Dīn ‘Abd al-Raḥmān ibn Abī Bakr al-Suyūṭī, Tafsīr al-Jalālain, ed. Muḥammad Dzulkifli Zain al-Dīn al-Waṭanī (Jakarta: Dār al-Kutub al-Islāmiyyah, 1432 H/2011 M), hlm. 18).

Kejadian yang paling mendalam yang harus dikenang umat Islam sepanjang seajrah adalah kasus di al-Madīnah al-Munawwarah sendiri. Ketika kaum Yahudi melanggar perjanjian yang mereka sepakati dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam. Di mana mereka dilindungi Rasulullah dan sepakat untuk tidak saling membantu musuh yang akan menyerang kota al-Madīnah. Namun perjanjian itu rupanya dikhianati. Mereka bersekongkol dengan Bangsa Quraisy di Makkah untuk menyerang kota al-Madīnah dan menghancurkan umat Islam dari belakang.

Peristiwa pengkhianatan mereka ini direkam oleh sejarah dalam Perang Khandaq (Perang Aḥzāb), yang terjadi pada tahun ke-5 Hijrah. Perang Aḥzāb ini memberikan pelajaran penting kepada Rasulullah bahwa Bangsa Yahudi sebagai manusia yang tak pernah jujur memegang janji-janjinya kepada sabda nabi Mūsā.

Karena pelanggaran janji itu lah kemudian Rasulullah menghukum mati Bangsa Yahudi laki-laki dewasa, sedangkan anak-anak dan perempuan diusir keluar dari kota al-Madīnah. (Lihat, Syekh Muṣṭafā al-Marāghī, 76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an, Penyunting: Muhammad Thalib (Solo: Pustaka Mantiq, 1991), hlm. 36, 37).

Oleh karenanya, umat Islam harus senantiasa ekstra hati-hati ketika berhadapan dengan Yahudi, bangsa yang suka melanggar janji dan pengkhianat kesepakatan. Dan ini sudah terjadi sepanjang sejarah kehidupan mereka di dunia ini. Dan, sejarah seperti ini terus berulang sampai dunia ini diakhiri oleh Allah swt. dengan kiamat.

Tidak usah dipercaya!

Mantan presiden Amerika, Benyamin Franklin sudah sejak menegaskan meramalkan bahwa bangsa Yahudi tidak layak dipercaya, karena sangat berbahaya. Kata Franklin:
“Di sana ada bahaya besar yang mengancam Amerika. Bahaya itu adalah orang-orang Yahudi. Di bumi mana pun Yahudi itu berdiam, mereka selalu menurunkan tingkat moral kejujuran dalam dunia komersial. Mereka hidup mengisolasi diri dan berusaha mencekik leher keuangan penduduk pribumi, seperti yang terjadi di Portugal dan Spanyol.

Sejak lebih dari 1700 tahun, orang Yahudi mengeluhkan nasib yang mereka alami, karena mereka telah diusir dari bumi pertiwi. Perlu diketahui, wahai saudara sekalian, seandainya dunia berbudaya sekarang memberi mereka tanah Palestina, mereka akan segera mencari berbagai alasan untuk tidak kembali ke sana. Mengapa? Mereka tidak lain adalah binatang vampire (hantu yang mengisap darah manusia).”
Franklin juga menyatakan, “Aku ingatkan Anda sekalian. Kalau Anda tidak menyingkirkan orang Yahudi dari Amerika untuk selamanya, maka anak cucuk dan cicit kalian akan memanggil-manggil nama kalian dari atas liang kubur kalian. Pikiran yang ada di benak orang Yahudi tidak sama seperti yang ada pada orang Amerika. Meskipun mereka hidup bersama kita selama beberapa generasi, mereka tidak akan berubah sebagaimana macan tutul tidak bisa mengubah warna tutul kulitnya. Mereka akan menghapus institusi kita. Oleh karena itu, mereka harus disingkirkan dengan kekuatan konstitusi.” (Kutipan dari ‘Jurnal Charles Pinsky, South Carolina berkenaan dengan Rencana Undang-undang 1789’ mengenai pernyataan Benyamin Franklin tentang imigrasi Yahudi). (Lihat, William G. Car, Yahudi Menggenggam Dunia, Terj. Mustolah Maufur (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), hlm. 30, 31).

Itu lah karakter Yahudi. Mereka ibarat vampire, pengisap darah manusia. Jika dalam dunia tumbuhan, bangsa Yahudi adalah ‘benalu’: hidup menumpang tapi merusak dan merugikan, bahkan mematikan indung tempat dia tinggal. Dan dalam masalah keamanan mereka ibarat ‘duri dalam daging’. Sementara dalam masalah politik mereka adalah bangsa yang ‘pragmatis’ alias mau menang sendiri. (Mengenai politik pragmatis Israel, lihat Adian Husaini, "Mau Memang Sendiri: Israel Sang Teroris yang Pragmatis?" (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002).

Untuk itu, umat Islam tidak boleh percaya sedikit pun kepada bangsa Yahudi. Apalagi bekerjasama dalam bidang apa pun, tidak boleh terjadi. Bahanya begitu laten dalam politik, ekonomi, kebudayaan, masyarakat maupun militer. (Lihat, Muhsin Anbataani, "Mengapa Kita Tidak Berdamai Saja dengan Yahudi?" Terj. Salim Basyarahil (Jakarta: Gema Insani Press, 1412 H/1991 M). Dan tentunya, pengaruh Israel sangat jelas dalam mind-set dan perusakan worldview (pandangan-hidup), yaitu millah (Qs. 2: 120).

Dapat dibayangkan, Israel yang bukan penduduk asli Palestina saja dapat menjanjang bangsa Palestina. Maka dalih apapun yang digunakan kaum Zionis bahwa Palestina adalah Tanah-Airnya mutlak salah. Sejak purbakala, wilayah Palestina adalah Tanah-Airnya rakyat Filistine, atau bangsa Palestina sekarang.

Dalam puluhan tahun perdebatan di PBB, dalih kaum Zionis Internasional tentang hak-historis atas Palestina berdasarkan Kitab Injil Kuno, sudah terbantah dengan meyakinkan. Prof. Henry Cattan, seorang ahli sejarah dan hukum internasional kelahiran Jerusalem, dalam bukunya "Palestine, the Arabs and Israel: The Search for Justice" (1969), menegaskan secara ilmiah dan objektif, bahwa orang-orang Israel bukan penduduk asli Palestina. Sejak eksodus orang-orang Israel dari Mesir pada abad ke-12 SM, mereka sebenarnya menyebut wilayah Palestina. Kemudian mereka mengembara terus-menerus ke mana-mana, sampai ke abad ke-18 dan 19. Terutama ke Eropa Timur, Eropa Tengah dan Eropa Barat; dan menjadi orang Barat sama sekali. (Lihat, Roeslan Abdulgani, “Kata Pengantar”, dalam Paul Findley, "Mereka Berani Bicara: Menggugat Dominasi Lobi Yahudi", Terj. Hamid Basyaib (Bandung: Mizan, cet. III, 1412 H/1992 M), hlm. 13).

Intinya, kaum Muslimin – bahkan seluruh dunia – tidak pantas untuk percaya kepada bangsa Yahudi. Namun penting pula dicatat bahwa kebohongan dan pengkhiatan yang dilakukan oleh bangsa Yahudi bukan tanpa dukungan. Lobinya begitu kuat dan berpengaruh di Inggris, Prancis, Amerika Serikat bahkan negara komunis seperti Uni Sovyet. Pengaruhnya juga begitu hebat dalam PBB, FAO, UNESCO, IMF, dan organisasi penting lainnya. (Fuad ibn Sayyid Abdurrahman Ar-Rifa’i, "Yahudi dalam Informasi dan Organisasi", Terj. Moh. Hamdan Usman Abu Fa’iz (Jakarta: Gema Insani Press, cet. II, 1422 H/2002 M).

Penting kiranya kita untuk bercermin kepada sejarah. Sejarah kemanusiaan yang penuh dengan berbagai bentuk pengkhianatan dan pelanggaran bangsa Yahudi. Sejarah yang tidak boleh dilupakan oleh siapa pun yang mengaku beriman kepada Kitabullah, Al-Qur’an. Karena Allah telah mengabarkan di dalamnya bahwa Yahudi memang bangsa pengkhianat dan pelanggar janji. Bukan saja janji kepada manusia, janji mereka kepada Allah pun dikhianati. Fa‘tabirū yā ulil-abṣār!*

Penulis adalah pengajar di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara. Penulis buku “Salah Paham tentang Islam: Dialog Teologis Muslim-Kristen di Dunia Maya” (2012)

22.11.12

Terisolasi Karena Menjadi Mualaf, Ini Solusinya

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Satu tantangan terbesar seorang mualaf setelah memeluk Islam adalah terisolasi dari keluarga dan lingkungan. Kondisi itu juga didukung dengan rasa tidak nyaman dari mualaf ketika berada di lingkungan non-muslim.

Pendiri Super Muslimah Project, Amal Stapley, mengungkap situasi itu sangat wajar. Setiap mualaf butuh proses untuk merasa nyaman. "Tentu, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi," kata dia seperti dikutip onislam.net, Rabu (21/11).

Faktor yang dimaksud mencakup dimana mualaf tinggal, dukungan masyarakat, status perkawinan, proses mualaf memeluk Islam, pemahaman dan harapan, dan kepribadian mualaf sendiri. Menurut Amal, Allah SWT membawa setiap mualaf menuju jalur yang terbaik dengan sebelumnya memberikan semacam tes untuk mengkonfirmasi level keimanan mualaf.

"Memang tidak ada hal yang baku dalam masalah ini. Yang pasti, butuh penyesuaian dengan melihat dari kebutuhan si mualaf," kata dia. Tetapi, Amal menyarankan kepada para mualaf beberapa poin terkait masalah tersebut.

Poin pertama, setiap mualaf harus memiliki harapan yang realistis. "Islam adalah cara hidup ideal. Tapi perlu diketahui tidak setiap muslim baik dan mungkin tidak bisa memberikan bantuan kepada para mualaf, " kata dia.

Poin kedua, kata Amal, setiap mualaf disarankan untuk bergabung dengan komunitas mualaf. Ini dilakukan guna mempermudah mualaf berbagi pengalaman. "Kalau sulit ditemukan, coba cari via internet atau hubungi masjid terdekat. Insya Allah akan banyak informasi soal komunitas," kata dia.

Setelah menemukan komunitas, kata dia, cobalah untuk aktif dalam setiap kegiatan. Itu juga membantu mualaf untuk lebih mendalami Islam sekaligus banyak berkenalan dengan sesama mualaf. "Ini sangat berguna dalam proses transisi yang anda alami," ucapnya.

Poin ketiga, lanjutnya, menjadi bagian dari komunitas masjid. Mengapa demikian, sebab masjid merupakan pusat kegiatan umat Islam. Di masjid, mualaf akan menemukan berbagai komunitas muslim. "Jangan gugup atau malu. Ajaklah siapapun untuk berbicara. Bersosialisasilah. Itu akan bermanfaat bagi anda," ucapnya.

Poin terakhir, lanjut dia, coba untuk mencaga hubungan baik dengan keluarga meski mereka non-muslim. Nabi Muhammad SAW misalnya, beliau memperlakukan pamannya dengan penuh cinta kasih. Meski pamannya bukan seorang muslim dan menolak Islam. "Anda tidak tahu, apa rencana Allah soal mereka. Bisa jadi, satu saat mereka akan diberikan hidayah," tuturnya.

Hal penting lainnya, kerabat atau tetangga yang non-muslim sebelumnya memiliki peran penting dalam kehidupan mualaf. Itu menjadi alasan bagi setiap mualaf untuk tetap memperlakukan mereka dengan baik. Tentu dengan catatan, hindari permintaan apapun dari mereka yang mendorong mengingkari peringa Allah SWT. "Yang anda butuhkan adalah modifikasi posisi anda," kata dia.

Carrefour Keluar dari Indonesia

Hidayatullah.com—Carrefour, peritel kedua terbesar dunia, akan keluar dari Indonesia dan menjual 60% sahamnya kepada rekanan asal Indonesia CT Corp. Kesepakatan bernilai lebih dari setengah milyar euro itu akan dituntaskan awal tahun depan, lapor Euronews (20/11/2012).

Peritel raksasa asal Prancis itu melanjutkan rencana pengunduran dirinya dari pasar Asia Tenggara menyusul minimnya pendapatan mereka di kawasan tersebut yang hanya 8,9%. Bandingkan dengan pemasukannya dari pasar Eropa yang mencapai 72%.

Enam bulan setelah mulai menjabat, CEO Carrefour, Georges Plassat, mempercepat rencana penutupan usahanya di sejumlah negara Asia. Dengan menjual asetnya di Kolombia, Malaysia dan Indonesia, Carrefour dapat meraup hampir 3 milyar euro.

Uang itu akan dipergunakan untuk meningkatkan profitabilitas dan mendongkrak keuntungan gerai-gerainya yang ada di Eropa Barat, dan khususnya meningkatkan kemampuan jual 5.300 convenience store (toko ritel kecil buka 24 jam) yang dikelolanya.

Keputusan pengelola Carrefour itu mendapatkan dukungan positif dari para investor. Hal itu dibuktikan dengan kenaikan penjualan saham Carrefour yang mencapai lebih dari 30% sejak awal Januari. Dan pada hari Selasa kemarin, penjualan saham Carrefour mencatat rekor dengan naik 2,9% pada penutupan di bursa saham Paris.

Selain menarik diri dari Asia Tenggara, Carrefour juga berencana menutup usahanya di Turki dan Polandia, agar lebih fokus menggarap pasar yang sedang mekar di Brazil dan China.

Carrefour merupakan salah satu perusahaan dalam daftar boikot kelompok BDS (Boycott, Divestment, Sanctions), karena dianggap mendukung pemerintah Zionis Israel yang menindas rakyat Palestina.

Bulan Agustus lalu Carrefour mengumumkan bahwa perusahaannya mengalami kerugian USD39 juta pada semester pertama 2012. Kerugian itu antara lain berasal dari toko-tokonya yang beroperasi di Turki dan Indonesia. Baca berita sebelumnya: Carrefour akan keluar dari Turki dan Indonesia.*

KPI Bentuk Format-Limas Dorong Siaran Sehat

Hidayatullah.com--Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menggandeng masyarakat dalam mendorong hadirnya tayangan televisi yang sehat dan mencerdaskan dengan dibentuknya Forum Masyarakat Peduli Media Sehat (Format-Limas) Rabu (21/11/2012).

Komisioner KPI Pusat Azimah Subagijo mengatakan, forum yang terdiri dari perwakilan berbagai kelompok masyarakat ini diperlukan dalam upaya mengawasi dunia penyiaran karena tekanan dari unsur masyarakat sangat efektif.

Selain itu Format-Limas dapat mendorong KPI agar mengawasi siaran-siaran yang berkualitas karena apresiasi atas tayangan yang positif juga dibutuhkan lembaga penyiaran. “Jadi bukan hanya protes atas tayangan yang buruk,” ujarnya, seperti dikutip laman resmi KPI.

Tekanan dari masyarakat dinilai ampuh untuk memaksa lembaga penyiaran melakukan klarifikasi serta meminta maaf atas kesalahan isi siaran, seperti protes dari masyarakat atas acara Indonesia Lawyer Club (ILC) di TV One dan kasus Rohis di Metro TV.*

MUI Luncurkan TV untuk Mudahkan Sosialisasi Fatwa dan Produk halal

Hidayatullah.com--Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah me-launching media televisi bernama TV MUI. Televisi berbasis internet ini dapat diakses melalui www.tvmui.com.

Kegiatan launching yang berlangsung di Sekretariat MUI Pusat, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta, Selasa (20/11/2012) dilakukan dengan sangat sederhana.

Menurut Ketua MUI KH Ma’ruf Amin tujuan dihadirkannya TV ini selain untuk dakwah juga untuk sosialisasi fatwa MUI ke masyarakat luas.

Selama ini menurutnya, banyak fatwa MUI yang tidak tersosialisasikan dengan baik ke seluruh masyarakat. Diharapkan dengan adanya MUI TV masyarakat bisa lebih mudah mengakses juga memahami setiap fatwa yang dikeluarkan MUI.

"Meskipun harus diakses melalui internet, keberadaan TV MUI sangat mendukung kegiatan dakwah, sosialisasi fatwa dan produk halal kepada umat," ujar KH. Ma'ruf Amin kepada hidayatullah.com usai kegiatan tersebut.

Dalam operasional sehari-hari, TV MUI dikelolah oleh tim Komisi Informasi dan Komunikasi di bawah pimpinan Dr. Sinansari Ecip, salah satu Ketua MUI yang pernah menjadi anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Acara ini sendiri dihadiri Ketua MUI KH. Ma'ruf Amin, Sekjen MUI HM. Ichwan Sam dan sejumlah pengurus MUI lainnya.*

Takut Mati, Warga Israel Dibekali App Ponsel Peringatan Roket

Gaza Menghadapi TEROR


Kamis, 22 November 2012

IDF sembunyi di kolong bangku di Yad Mordechai.[AFP]
Hidayatullah.com—Perang selama delapan hari terakhir ini antara pejuang Palestina Hamas dengan pasukan Zionis menimbulkan ketakutan tersendiri bagi warga negara Yahudi. Pemerintah Zionis pun menawarkan aplikasi telepon selular (ponsel) pendeteksi serangan roket Hamas, sebagai peringatan bagi warganya untuk menyelamatkan nyawanya.

Aplikasi bernama 'Color Red' itu memberitahu warga Zionis tentang lokasi tempat roket Palestina kemungkinan akan jatuh, dan memperingatkan mereka agar menjauhi lokasi tersebut, lapor Al Arabiya (22/11/2012) yang mengutip Christian Science Monitor.

Aplikasi yang dapat dipasang di ponsel itu ditawarkan kepada sekitar 3 juta warga Zionis, Israel yang ketakutan bakal kejatuhan roket dari Jalur Gaza.

Pengguna bisa mendapatkan seluruh peringatan yang ada atau memilih dari daftar peringatan wilayah tertentu yang disajikan dalam bahasa Hebrew. Aplikasi itu memberikan peringatan dan informasi lokasi jatuh roket berdasarkan data peringatan publik oleh pemerintah.

Aplikasi ponsel itu tentu saja tidak dapat menangkal serangan roket penjuang Palestina. Dari sejak diterimanya peringatan itu, tergantung di mana lokasi warga Zionis, mereka memiliki waktu 15-90 detik untuk lari ke tempat perlindungan begitu terdengar suara sirene. Waktu yang sangat singkat untuk melarikan diri mencari perlindungan.*

21.11.12

Gaza Penduduk Paling Sehat di Dunia

Seorang wartawan yang baru beberapa bulan bekerja di salah satu majalah terkenal di negera Arab menjelaskan bahwa Gaza adalah pusat kesehatan terbesar (The Biggest Health Center) di dunia. Ceritanya bermula ketika sekretaris pimpinan redaksi (Pemred) majalah itu memberitahukan bahwa wartawan bernama Sa’id itu harus segera menghadap sang Pemred. Dengan hati gembira, wartawan yang masih muda dan enerjik tersebut segera menghadap pimpinannya.

Sa’id diterima dengan sangat hangat oleh pimpinannya sambil berkata: Selamat datang wartawan muda… Terbukti keberadaan Anda yang tidak begitu lama di Gaza telah membuktikan pada kami bahwa Anda adalah wartawan yang tangguh dan serius. Saya mewakili pimpinan media ini mengucapkan banyak terima kasih..

Sebagai imbalannya, saya memutuskan Anda menulis laporan utama untuk terbitan pekan depan terkait dengan blokade terhadap Gaza yang dilakukan oleh Yahudi dan pemerintah Mesir. Sa’idpun menjawab dengan penuh semangat: Terima kasih pak atas kepercayaan yang diberikan kepada saya. Semoga saya bisa melaksanakan tugas mulia ini dengan baik dan maksimal. Tema Gaza ini memang menjadi konsentrasi saya sejak saya diterima bekerja di majalah ini.

Sa’id melanjutkan ungkapan kegembiraannya: Saya akan tulis semua hal terkait dengan Gaza secara detail karana saat ini hati kaum Muslimin sedunia memang sedang terluka dan bersedih melihat blokade terhadap Gaza.

Sambil menganggukkan kepala, sang Pemred berucap: Anda benar, Anda benar… lalu Sa’id berkata: Saya akan mulai segera dan akan buat tulisan-tulisan yang akan menggema ke seluruh penjuru dunia, insya Allah… Barakallahu fika ya akhi… (semoga Allah memberkahimu saudaraku), ucap sang Pemred tadi. Namun, sebelum Anda mulai menulis, ada beberapa catatan kecil yang perlu Anda perhatikan. Sai’id segera beratanya: Apakah catatan kecil itu pak?

Lalu sang Pemred meneruskan: Andakan tahu bahwa majalah kita ini tidak didukung oleh tokoh-tokoh besar di negeri ini. Maksudnya? Kata Sai’d, sambil menyela perkataan pimpinannya itu. Maksudnya, tulisan Anda jangan sampai menyinggung pemerintahan Arab yang terlibat memblokade Gaza dengan penuh semangat dan begitu aktif.. Semoga Allah meridhai Anda..Kita tidak mau bermasalah dengan para inteligen negera-negara Arab yang ikut memblokade Gaza… Bisa-bisa kita dituduh merusak hubungan persaudaraan antar negara-negara Arab, kata Pemred itu..

Sambil melepaskan nafas panjangnya, Sai’d menjawab: Yaach… Oke pak. Saya akan jaga catatan itu, kendati saya melihat hubungan persaudaraan negara-negara Arab tidak akan bisa dirusak oleh siapapun… Lalu sang Pemred meneruskan arahannya :

Barakallhu fik… Tapi, ada catatan kecil lagi yang tak kalah pentingnya yang perlu Anda ingat. Apa itu? Jawab Sa’id… Andakan tahu bahwa distribusi majalah kita bukan hanya di negera-negara Arab, akan tetapi juga di negara-negara Eropa dan Amerika. Kita tidak mau dituduh mendukung terorisme sehingga majalah kita dilarang beredar di sana. Sebab itu, dalam tulisan nanti, Anda jangan sama sekali menyinggung perlawanan bangsa Palestina terhadap Israel dan hak mereka untuk memerangi penjajah Yahudi… Kita tidak mau menghadapi banyak masalah… Nanti kita dituduh mendukung teroris. Oke? Semoga Allah meridhai Anda. Kata Pemred majalah tersebut.

Mendengar keterangan pimpinannya, Sa’id menjawab: Baik pak! Padahal dalam hatinya berkata : Sadis amat Pemred ini, mau membela Gaza, tapi tidak boleh ini dan tidak boleh itu? Dalam hatinya ia berkata : Aku tidak mengerti bagaimana cara membela masyarakat Gaza yang tak punya senjata menghadapi pasukan teroris Israel yang dilengkapi dengan berbagai senjata canggih itu?

Sa’id mengira ceramah Pemrednya selesai. Tiba-tiba ia dikagetkan lagi dengan ungkapannya: Kita tidak boleh menyinggung oarng-rang kaya Arab dan bagaimana mereka menghabiskan uang mereka jutaan dolar AS untuk pesta kembang api, pesta artis, penyanyi di saat penduduk Gaza mati kelaparan. Andakan tahu sumber pendapatan majalah kita dari iklan. Bila orang-orang kaya itu tersinggung dan marah pada majalah kita, kita tidak akan mendapatkan iklan mereka... Anda mengerti kan? Kita belum siap kelaparan seperti penduduk Gaza. Oke?

Mendengar ungkapan terakhir itu, Said tidak bisa lagi menyembunyikan marahnya, lalu ia berkata. Oke Bos… Masih ada perintah lain? Tanya Sa’id. Sebenarnya tidak ada lagi. Saya sebenarnya tidak mau banyak menasehati Anda… Ingat ya! Jangan bicara soal anak-anak Gaza yang sedang berjuang menghadapi kematian karena kelaparan dan serangan berbagai penyakit. Anda tahukan bahwa media Arab sibuk mengurusi kontes kecantikan hewan ternak. Sedangkan media Barat sibuk pula meliput anjing yang ditemukan pasukan Amerika di Irak, bahkan mereka meminta agar pemerintah Barack Obama meberikan suaka poltik agar anjing tersebut bisa masuk dan menjadi warga negara Amerika... Masalah ini juga jangan Anda singgung. Nanti organisasi penyayang hewan dunia bisa marah kepada kita. Mengerti? Kata Pemred itu kepada Sa’id.

Di muka Said memancar warna kemerahan pertanda marahnya sudah memuncak. Namun, karena Sai’id seorang yang taat ibadah, ia bisa menahan marahnya. Lalu ia memuji Allah sambil berkata : Subhanallah… Apalagi perintahnya Bos? Bosnya dengan tenang menjawab: Tidak ada lagi, hanya itu saja, bagi saya sudah cukup. Lalu Sa’id menimpali perkataan bosnya: bapak yakin tidak ada lagi perintah lain? Kitakan tidak ingin orang lain marah karena tulisan kita kan?

Mendengar pertanyaan itu, sang Pemred ingat lagi masalah lain yang tak boleh disinggung sambil berkata: Oh ya, karena Anda ingatkan saya, saya masih punya larangan lain yakni, terkait dengan dialog antar agama yang akan diadakan di Negara kita bebrapa hari lagi. Kita tidak mau dituduh oleh para promotornya sebagai penghalang acara tersebut. Sebab itu, Anda jangan sama sekali menyinggung kaum Yahudi dan penindasan mereka terhadap bangsa Palestina serta penghinaan mereka terhadap tempat suci kaum Muslimin. Nanti para penggagas dan pendukung dialog antar agama bisa marah pada majalah kita loh!. Dengan suara keras, Sa’id menjawab: OKE BOOOSS?

Akhirnyanya Sa’id keluar dari ruangan pimpinannya dalam keadaan marah besar karena dia ditugaskan menulis tentang kenyataan yang ada di Gaza, akan tetapi dengan seribu satu pantangan… Namun Sa’id tidak kehabisan akal, karena ia seorang wartawan cerdas. Tanpa melanggar perintah bosnya, ia menulis laporan utama terkait Gaza dan keesokan harinya ia serahkan hasil tulisannya itu kepada pimpinannya agar dikoreksi sebelum diturunkan. Isi tulisannya ialah:

Gaza adalah The Biggest Health Center and NO.1 di dunia. Penduduknya menghabiskan hari-hari mereka dengan sangat bahagia setelah memutuskan untuk mengikuti nasehat para ahli kesehatan moderen agar tidak mengkonsumsi makanan yang menyebabkan kolesterol tinggi, tekanan darah naik, dan kegemukan. Demikian pula, mereka berhasil menghindari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan bahan bakar minyak dan zat kimia lainnya. Untuk itu, mereka menerapkan olah raga berjalan kaki yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan akal, khususnya bagi para manula, orang cacat, orang sakit dan para wanita hamil.

Adapun rumah sakit dan tempat-tempat pelayanan kesehatan sudah ditutup, karena sudah terbukti dan tidak perlu diragukan bahwa obat-obat tradisional alias moderen adalah penyebab munculnya berbagai penyakit dan membunuh daya imunitas tubuh. Sebab itu, para penduduk Gaza kembali mengkonsumsi obat-obatan yang terbuat dari daun kayu dan rumput-rumputan atau apa yang disebut dengan alami atau herbal karena mengikuti petuah atau metode pengobatan kuno, atau konsep, back to nature.

Sebab itu, penduduk Gaza menjadi orang-orang yang kuat dan sehat sehingga mampu menggali terowonngan sepanjang belasan kilometer, pemberani, dan seakan tidak mempan senjata canggih, kendati dihujani dengan white phosphor lebih dari 1.5 juta kg. Karena itu pulalah semua penduduk Gaza, laki-laki, wanita dan anak-anak banyak mengucapkan terima kasih pada pemerintah yang ikut memblokade mereka. Boikot dan blokade itu telah menyebabkan mereka menemukan jalan hidup (life style) yang sehat wal afiat dan jauh dari godaan peradaban yang merusak kesehatan, baik fisik maupun akal.

Yang lebih utama, mereka meminta pada Allah agar Allah memberikan kesempatan pada para pemimpin negera yang ikut memblokade Gaza, isteri-isteri dan anak-anak mereka agar dapat kesempatan menerapkan pola hidup sehat seperti yang mereka lakukan sejak beberapa tahun belakangan.

Demikian juga, penduduk Gaza berterima kasih pada pemerintahan Israel yang dengan terpaksa menugaskan ribuan pasukannya untuk mengontrol dan meyakini tidak sampainya bantuan dan bahan-bahan yang berbahaya – seperti yang dijelaskan sebelumnya- ke Gaza. Semoga blokade itu mejadi faktor kebaikan yang banyak bagi Gaza dalam segala hal dan turunnya pertolongan dari Allah.

Amin yaa Robb... (fj/zadalebad.com)

18.11.12

MPS: Pancasila Sekarang Menyengsarakan Rakyat?

Hidayatullah.com -- Ketua Presidium Forum Silaturrahim Masyarakat Peduli Syariah (MPS) H. Bambang Setyo, M.Sc, mengaku heran dengan adanya upaya menerapkan sistem asas tunggal Pancasila bagi ormas.

Seperti diketahui, ketentuan ini akan benar-benar berlaku jika revisi terhadap UU Ormas no. 8/1995 ini kelak diresmikan sebagai Undang-undang Ormas.

Bambang mengaku heran, sebab sebelum memutuskan memberlakukan asas tunggal itu, maka harus diluruskan Pancasila yang mana yang dimaksud?

"Pancasila yang dipahami negara sekarang sudah keluar dari persepsi sesuai dengan dasar negara yang termaktub di dalam Undang Undang Dasar 1945 Alinea ke-4," kata Bambang Setyo dalam perbicangan dengan Hidayatullah.com di kantor MPS di Jl. Otista Raya, Polonia, Jakarta Timur, Selasa (24/1/2012).

Bambang menjelaskan, mengutip penelitian yang dilakukan Notonagoro, seorang Guru Besar Ilmu Hukum dan Falsafah Humum Universitas Gadjah Mada, Guru Besar Luar Biasa di Universitas Airlangga, dan Guru Besar Tamu Bidang Filsafat di Universitas Pancasila, dalam bukunya, Panca Sila Secara Ilmiah Populer (1969), Notonagoro menulis bahwa kata-kata "Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam pembukaan, setelah tanggal 5 Juli 1959 --tanggal ditetapkannya dan berlakunya Dekrit Presiden--, isi artinya mendapat tambahan, sehingga selengkapnya dengan tambahan itu menjadi "Kesesuaian dengan hakekat Tuhan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab".

Ditulis Notonagoro, peneliti ahli tentang Pancasila, perubahan begitu juga terdapat dalam isi arti dari pada pasal 29 ayat (1) Undang Undang Dasar yang menyatakan, "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa".

Sehingga menurut Bambang, dengan kembalinya kepada Undang Undang Dasar 1945, sebagaimana dimaksudkan dalam Dekrit Presiden --sebagaimana dipaparkan Notonagoro itu-- maka terjadilah pemulihan fungsi dan isi arti Piagam Jakarta ketika Proklamasi Kemerdakaan.

"Dan, makna terpenting yang terkandung di dalam pemulihan itu adalah menegaskan berlakunya fungsi dan isi arti Piagam Jakarta bagi waktu sekarang," kata mantan Anggota DPR RI 2003-2004 ini.

Era reformasi, imbuh Bambang, telah mereposisi fungsi Pancasila sebagai dasar negara, sekaligus ideologi nasional. Namun, setekah dikoreksi dan dipulihkan kembali pada awal reformasi, ternyata implementasinya bukan hanya disusupi, melainkan juga telah dicengkram oleh neo-liberalisme dengan berbagai bentuk dan pendekatan yang menyengsarakan rakyat.

"Pancasila yang ada sekarang tidak sesuai lagi karena jelas menyengsarakan rakyat. Sangat kental neo-liberalismenya," tutur Bambang yang tahun lalu merilis buku berjudul Telaah Kritis Dasar Falsafah Negara Republik Indonesia Dalam Perspektif Akidah Islam.

Sementara, Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al Khattath dalam kesempatan yang sama, menuding pemberlakuan asas tunggal Pancasila, jika kemudian itu benar terwujud, sebagai sebuah langkah mundur. Ormas dan umat Islam, kata Al Khattath, sangat paham dan sudah menerapkan Pancasila dalam pengertiannya yang luhur.

"Pemaksaan asas tunggal, umat Islam sudan bosan dengan itu. Justru yang harus dipaksakan berasas tunggal Pancasila adalah OPM dan LSM yang selalu mengobok-obok negeri ini," tutur Al Khattath.

"Kalau syariat Islam yang menjamin adalah Allah, jaminannya syurga. Kalau Pancasila, siapa yang bisa menjamin masuk syurga?" lanjutnya.

Ia menambahkan, pihak yang memaksakan asas tunggal Pancasila sama kedudukannya dengan orang yang memaksa umat Islam minum miras, padahal itu jelas haram. "Jadi mau ngikut mana, Ketuhaanan Yang Maha Esa atau Kesetanan Yang Luar Biasa," tandasnya.

Dalam Revisi Undang-Undang Organisasi Masyarakat (Ormas) telah disepakati bahwa asas Ormas nantinya harus berasas pada 4 pilar yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.*


Kotretan:
  • Orang Islam Seharusnya Tidak Lepas dari Akhirat (Syurga & Neraka); Halal & Haram; Shalat 5x Sehari dst di dalam Kehidupan Kesehariannya!
  • Standar Ganda dalam System Demokrasi
  • Repoeblik Indonesia



Dirikan Shalat, Makmurkan Masjid: Rumus Muslim yang Selamat!

MENJADI seorang Muslim di abad modern memang tidak mudah. Apalagi jika punya niat untuk benar-benar menjadi Muslim yang serius dan sungguh-sungguh secara menyeluruh dalam sebua sikap dan tindakan (kaffah). Ada banyak sekali tantangan, rintangan, dan hambatan yang menghadang. Namun demikian, bagaimanapun situasi dan kondisinya, kita tetap harus berusaha menjadi Muslim yang kaffah.

Banyak tantangan nyata di era yang sering disebut global village ini, khususnya yang datang dari dunia informasi. Bagaimana hari ini media massa banyak yang salah dalam mengabarkan Islam dan umat Islam. Di sisi lain, dengan berbagai macam produk film, sinetron, dan talk-show --entah sengaja atau tidak—seolah menggiring kita yang menontonnya untuk cinta dunia lupa akhirat!

Tidak cukup disitu, lewat isu terorisme, Islam dan umat Islam serasa terus-menerut disudutkan. Seolah tidak rela melihat Islam tumbuh di negeri ini (bahkan belahan dunia lain). Kelompok Kerohanian Islam (Rohis) di sekolah-sekolah pun sempat dituduh sebagai sarang tumbuhnya terorisme. Setelah beberapa tahun sebelumnya konspirasi buruk itu gagal meyakinkan publik bahwa pesantren adalah sarang terorisme.

Meski demikian, sikap sejati orang Mukmin adalah harus tetap konsisten dengan pilihan keyakinan kita. Pepatah mengatakan, “Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu”.

Sikap seperti itulah yang semestinya kita miliki dalam menghadapi kaum yang berusaha melakukan makar dari berbagai sisi, agar akidah dan keimanan kita menjadi goyah, sehingga lunturlah komitmen kemusliman dan kemukminan kita.

Teguhkan Iman

Derasnya gelombang fitnah yang melanda kaum Muslimin saat ini ikut membuat sekian banyak kebingungan di tengah umat dan bahkan terbawa oleh arus fitnah tersebut. Fitnah datang dalam bentun manusia, jin dan syetan.

Di era modern ini, fitnah bahkan datang dalam bentuk penyajian informasi, kekuasaan dan kekuatan politik dan negara adidaya.

Banyak orang tergila-gila dengan dunia informasi dan media, tetapi, pastikan, berita satu-satunya yang benar adalah khabar shodiq, yakni Al-Qur’an yang datangnya dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Jangan seperti kebanyakan orang saat ini, setiap hari sempat dan bersemangat membaca koran, melihat debat di TV, namun tak pernah sekalipun membaca Al-Qur’an. Hadits Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda,
Saya tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan sesat di belakang keduanya, (yaitu) kitab Allah dan Sunnahku.” (HR Malik dan Al-Hakim)
Gencarnya fitnah, dan nilai-nilai yang sengaja merusak kaum Muslim –sedikit atau banyak—ikut mempengaruhi umat Islam.

Sekedar contoh: Jika seorang Muslim yang semestinya melihat dunia sebagai sarana menuju Allah Subhanahu Wata’ala, yang banyak justru menjadikannya sebagai tujuan. Harta yang semestinya diinfakkan, malah ditahan dan ditumpuk-tumpuk. Persaudaraan yang semestinya dijaga dan dikokohkan, malah dihancurkan. Bahkan, semestinya beribadah kepada Allah, malah mengabdikan diri pada kekuasaan. Fitnah dan informasi yang menyesatkan inilah yang banyak menggelincirkan kaum Muslim.

Maka tidak heran, jika hari ini orang banyak yang sudah tidak begitu peduli terhadap agama. Jika di dalam Al-Qur’an Allah memerintahkan kita untuk mencari akhirat dengan tidak lupa dunia (Q28.77), sekarang kondisinya sudah berbalik. Orang sibuk mengejar dunia tapi lupa akhirat.

Di sinilah tugas kita sebagai Muslim mendapatkan momentumnya untuk semakin dikuatkan, dikokohkan, dan dipatenkan, agar kita bisa mendapat ridha Allah Subhanahu Wata’ala.
Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (Q15.98-99)
Artinya, kita harus terus-menerus mempertajam keimanan dan meneguhkannya. Dan, tidak ada cara terbaik untuk melakukan hal tersebut selain dengan menyempurnakan kesabaran dan kesungguhan dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q16.127-128)
Hanya Tunduk kepada Allah

Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung.” (Q33.48)

Menurut Ibnu Katsir ayat di atas merupakan suatu peringatan penting agar kita janggan mentaati (tunduk, takut, khawatir) orang-orang kafir dan munafik. Kita hanya boleh mendengarkan apa ucapan-ucapan mereka tetapi jangan pernah menghiraukannya sedikitpun.

Orang-orang kafir dan munafik tidak lebih laksanan seekor lalat yang suka kepada hal-hal yang kotor, jorok, bau busuk, dan menjijikkan. Mereka sama sekali tidak tahu mana bersih mana kotor. Bahkan karena kejahilannya, mereka sangat suka kepada yang kotor lagi menjijikkan.

Hal itu bisa dilihat dari cara berpikirnya, ucapannya, dan perbuatannya, yang jauh dari kebenaran dan kesucian. Lihat saja produk film-film Barat yang selalu menampilkan aurat, pemilihan ratu kecantikan yang mengumbar aurat, pergaulan bebas, dan materialistis.

Kemudian, terhadap umat Islam, mereka selalu curiga, dan benci, sehingga tidak mengherankan jika ulah orang kafir dan munafik senantiasa bertentangan dengan aturan Allah.

Dengan demikian, sangat terang bagi kita, mengapa kita harus tunduk kepada Allah semata. Karena bagaimanapun canggihnya upaya orang kafir dan munafik untuk menjerumuskan umat Islam, semua itu tidak akan berpengaruh apa-apa bagi Muslim sejati. Karena semua sudah jelas. Antara hak dan bathil sangat jelas, antara baik dan buruk juga sangat terang.

Oleh karena itu, mari kita semua bersama-sama untuk tetap berusaha menjadi Muslim kaffah, yang hanya tunduk kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Sebab, hanya dengan menjadi Muslim kaffah saja kita akan mendapat petunjuk dari Allah sekaligus dapat benar-benar merasakan indahnya Islam ini secara nyata.

Bagaimana kita melakukan itu semua? Jawabnya sangat sederhana. Yakni dengan memakmurkan masjid Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berkumpul dengan orang-orang sholeh dan tidak takut kepada siapapun selain Allah. Itulah jalan satu-satunya, untuk menjadi Muslim yang cerdas. Muslim yang tidak terpengaruh oleh serbuan dunia informasi yang menyesatkan, merugikan dan penuh fitnah.
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q9.18)
Dengan melakukan itu semua, dijamin kita tidak akan terpengaruh, apalagi tunduk, atau salah jalan dalam menjalani kehidupan dunia yang fana ini. Karena Allah memberikan kesempatan, bagi siapa yang melakukan tiga langkah di atas pasti akan mendapat petunjuk.*/Imam Nawawi

Salam "Om Swastyastu"?

Senin, 12 November 2012
Oleh: Dr. Adian Husaini

PADA hari Kamis (8/11/2012) pagi, saya berkesempatan menonton tayangan langsung acara pembukaan “Bali Democracy Forum V” di Bali. Acara itu dibuka oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan dihadiri sejumlah kepala negara dan pemerintahan. Saat menyampaikan sambutan, Presiden SBY mengucapkan basmalah, salam secara Islam, dan juga ungkapan “om swastyastu” – sebuah salam khas agama Hindu. Pejabat sebelumnya pun melakukan hal yang sama.

Tindakan pejabat tinggi Indonesia dalam mengucapkan salam dalam berbagai versi agama itu sudah seringkali terdengar. Bagi kaum Hindu, “Om Swastyastu” memang ucapan ibadah dalam agama Hindu. Seorang Hindu menjelaskan tentang makna Om Swastyastu sebagai berikut:
“Salam Om Swastyastu yang ditampilkan dalam bahasa Sansekerta dipadukan dari tiga kata yaitu: Om, swasti dan astu. Istilah Om ini merupakan istilah sakral sebagai sebutan atau seruan pada Tuhan Yang Mahaesa. Om adalah seruan yang tertua kepada Tuhan dalam Hindu. Setelah zaman Puranalah Tuhan Yang Mahaesa itu diseru dengan ribuan nama. Kata Om sebagai seruan suci kepada Tuhan yang memiliki tiga fungsi kemahakuasaan Tuhan. Tiga fungsi itu adalah, mencipta, memelihara dan mengakhiri segala ciptaan-Nya di alam ini. Mengucapkan Om itu artinya seruan untuk memanjatkan doa atau puja dan puji pada Tuhan. Dalam Bhagawad Gita kata Om ini dinyatakan sebagai simbol untuk memanjatkan doa pada Tuhan. Karena itu mengucapkan Om dengan sepenuh hati berarti kita memanjatkan doa pada Tuhan yang artinya ya Tuhan.

Setelah mengucapkan Om dilanjutkan dengan kata swasti. Dalam bahasa Sansekerta kata swasti artinya selamat atau bahagia, sejahtera. Dari kata inilah muncul istilah swastika, simbol agama Hindu yang universal. Kata swastika itu bermakna sebagai keadaan yang bahagia atau keselamatan yang langgeng sebagai tujuan beragama Hindu. Lambang swastika itu sebagai visualisasi dari dinamika kehidupan alam semesta yang memberikan kebahagiaan yang langgeng.” (http://www.mail-archive.com/hindu-dharma@itb.ac.id/msg07018.html).
Itulah penjelasan Hindu tentang ucapan salam khas Hindu, “Om Swastyastu”. Dari penjelasan itu tampak, bahwa ungkapan salam Hindu itu sangat terkait erat dengan konsep Tuhan dan sembahyang dalam agama Hindu. Jadi, kata “Om” dalam agama Hindu berarti “Ya Tuhan”.

Dalam buku kecil berjudul “Sembahyang, Tuntunan Bagi Umat Hindu” karya Jro Mangku I Wayan Sumerta (Denpasar: CV Dharma Duta, 2007), disebutkan sejumlah contoh doa dalam agama Hindu yang diawali dengan kata “Om”, seperti doa sebelum mandi: “Om, gangga di gangga prama gangga suke ya namah swaha”.

Meskipun sama-sama menyatakan bertuhan SATU, agama-agama memiliki konsep Tuhan yang berbeda-beda tentang “Yang Satu” itu. Kaum Hindu, misalnya, mempunyai konsep dan juga sebutan-sebutan untuk Tuhan mereka secara khas. Dalam buku karya Ngakan Made Madrasuta berjudul “Tuhan, Agama dan Negara” (Media Hindu, 2010), dijelaskan perbedaan konsep Tuhan antara Hindu, Kristen, Yahudi, dan Islam. Tentu saja penjelasan itu dalam perspektif Hindu. Menurut penulis buku ini, Tuhan dalam agama Hindu, yakni Sang Hyang Widhi tidak dapat disebut “Allah”. Disimpulkan oleh penulis buku ini:
“Membangun toleransi bukan dengan mencampuradukkan pemahaman tentang Tuhan, tetapi sebaliknya justru dengan mengakui perbedaan itu. Dalam pengertian ini, Krishna bukan Kristus, Sang Hyang Widhi bukan Allah!” (hal. 33).

Misalnya, tentang perbedaan antara Kristus dan Krishna dijelaskan:

“Ingat Hindu tidak percaya akan dosa asal, tidak percaya dengan Adam dan Hawa, dan Krishna juga tidak mati di kayu salib. Krishna datang ke dunia sebagai Avatara, bukan untuk menebus dosa, tetapi untuk menegaskan kembali jalan menuju moksha (empat yoga itu) terutama karma yoga. Jadi manusia sendiri harus aktif untuk memperoleh keselamatannya. Tidak perlu akal yang terlalu kritis untuk membedakan misi keberadaan Kristus dengan Krishna di dunia ini.” (hal. 31).
Kaum Hindu juga sangat membanggakan konsep Tuhan mereka yang bersifat pantheistik dan bukan monotheistik. Lebih jauh buku terbitan Media Hindu ini menyatakan:
"Monotheisme mengajarkan kebencian dan kekerasan, memecah belah manusia ke dalam apartheid orang beriman versus orang kafir. Tuhan pemecah belah. Pantheisme mengajarkan hal-hal sebaliknya; penghormatan terhadap seluruh makhluk hidup, semua manusia adalah satu keluarga, ahimsa, welas asih, Tuhan pemersatu.” (hal. 214).
Untuk membanggakan agama Hindu sebagai agama yang lebih hebat dari agama Yahudi, Kristen, dan Islam, buku ini juga memberikan gambaran yang tidak sepenuhnya benar tentang ajaran Islam. Dalam bab berjudul “Agama-agama Langit Kualitasnya Jauh di Bawah Hindu” ditulis ungkapan-ungkapan sebagai berikut:
“Hakikat manusia adalah dosa (Yahudi/Kristen) atau budak Allah (Islam). Artinya agama-agama ini memandang manusia secara sangat negatif. Untuk membuat manusia tetap percaya kepada Tuhan dan agennya dan taat beribadah, ia terus diancam dengan kiamat, siksa neraka bahkan termasuk pembunuhan di dunia ini. Di samping itu, agar manusia terus memerlukan Tuhan, Tuhan menciptakan dan memelihara setan untuk menggoda manusia.

Sebagai budak manusia tidak memiliki kebebasan. Hidupnya ditentukan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhannya, pemilik budak-budak itu. Karena Tuhan bermukim jauh di langit, kekuasaan Tuhan itu didelegasikan atau diasumsikan oleh para agennya, apakah dengan sebutan nabi, rasul, sultan, atau paus. Kebebasannya digantungkan pada seorang tokoh pendiri agama. Kematian Yesus menyelamatkan semua pengikutnya. Muhammad, pada waktu Pengadilan Akhir, merekomendasikan siapa dari pengikutnya masuk sorga atau neraka, dan Allah hanya mengikuti rekomendasi itu. Keselamatan mereka semata-mata karena iman. Bukan karena perbuatannya. Etika tidak perlu. Ini tentu saja merupakan ketidakadilan rangkap dua…

Tujuan tertinggi manusia menurut agama-agama ini adalah sorga di mana mereka hidup abadi dengan badannya, yang berasal dari badan yang hina, tempat pencabulan, kata Paulus, salah satu pendiri agama Kristen. Bahkan di dalam sorga salah satu agama ini, dijelaskan secara rinci bagaimana hidup untuk memenuhi nafsu birahinya, terutama seks, tanpa batas. Sorga menjadi tempat pesta orgi yang menjijikkan.” (hal. 217-218).
****

Begitulah pandangan kaum Hindu terhadap konsep Tuhan Islam dan konsep manusia dalam Islam. Karena begitu membanggakan agamanya, sebagian kaum Hindu, tampaknya sangat berambisi untuk mengubah kembali Indonesia menjadi negara Hindu. Majalah MEDIA HINDU (edisi Juli 2012), menurunkan laporan utama bertajuk: “Hindu dengan Label Bali Tidak Laku”.

Dilaporkan, pada tanggal 19 Mei 2012, telah diselenggarakan sebuah acara dialog bertema: “Dialog Kebangkitan Hindu di Tanah Jawa.” Menurut majalah ini: “Kebangkitan Hindu bukan hal yang mustahil terjadi, dengan catatan kita harus berani menunjukkan eksistensi dan jati diri Hindu. Ini sangat penting.”

Katanya, kebangkitan Hindu di Nusantara dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama, kebangkitan tahun 1970-an. “Pada awal kebangkitan pertama tersebut harus diakui bahwa nostalgia kembalinya kejayaan Hindu di Nusantara sepertinya sudah di depan mata.” Tapi, setelah 40 tahun kebangkitan Hindu pertama itu, perkembangan Hindu tidak sehebat dulu lagi. “Suara Hindu masih belum banyak diperhitungkan pada setiap lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Agama mayoritas justru semakin menunjukkan hegemoni yang memperberat kehidupan berbangsa dan bernegara.”

Dalam artikel berjudul “Mengkondisikan Jawa Kembali Hindu” di majalah ini dikatakan: “Kita semua mendambakan Jawa kembali Hindu, guna mengiringi kejayaan bangsa Indonesia menjadi negara adidaya di tahun 2080 an, sebagaimana sabda Pandita Ratu Jayabaya, ramalan Sabdo Palon dan prediksi para ahli kelas dunia seperti Goldman Sach. Untuk diperlukan kondisi yang mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya Hindu di Jawa atau bagaimana menjadikan Jawa kondusif untuk kembali menjadi Hindu.”

Ditargetkan, sepuluh tahun ke depan, 30 persen penduduk Indonesia sudah kembali menjadi Hindu dan ditahun keadidayaan bangsa ini, yaitu di tahun 2080, 80 persen sudah kembali Hindu. “Yang pada gilirannya menjadi bangsa yang telah menemukan kembali kepribadiannya, yang telah berpijak pada jatidirinya dan menjadi pusat kebudayaan dunia.”

Ambisi untuk meng-Hindukan kembali Indonesia sudah pernah diungkap dalam Majalah MEDIA HINDU, edisi Oktober 2011, yang saat itu menurunkan laporan utama berjudul “Kembali ke Hindu, Bila Indonesia Ingin Berjaya Kembali Seperti Majapahit”. Ditegaskan pada bahasan utama: “Kembali pada Hindu, sebagai satu-satunya langkah utama untuk mengantar Indonesia ini kembali menjadi Negara Adidaya.”

Lalu disimpulkan: “Kembali menjadi Hindu adalah mutlak perlu bagi bangsa Indonesia apabila ingin menjadi Negara Adidaya ke depan, karena hanya Hindu satu-satunya agama yang dapat memelihara & mengembangkan Jatidiri bangsa sebagai modal dasar untuk menjadi Negara maju.”

Hindu Pluralis?

Membaca pemikiran kaum Hindu yang begitu berambisi untuk menghindukan kembali Indonesia, cukup memunculkan tanda tanya tentang klaim Hindu sebagai agama pluralis yang sangat toleran dengan kepercayaan agama-agama lain, sebagaimana pernah dipaparkan di Majalah MEDIA HINDU edisi April 2010. Dalam kolomnya yang berjudul ‘Pluralisme Surga’, Ngakan Putu Putra menyebutkan dukungan kuat terhadap gagasan pluralisme agama. Ia menulis sebagai berikut:
"Meninggalnya Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), pada akhir Desember 2009, bagaikan momentum sebuah perayaan atas pluralisme agama. Doa bersama oleh tokoh berbagai agama dilakukan di kediaman mendiang, maupun di tempat ibadah masing-masing, berbagai tulisan diterbitkan, buku tentang Gus Dur diluncurkan, seperti yang dilakukan di Pura Aditya Jaya Rawamangun, tanggal 8 Februari yang dihadiri oleh perwakilan keluarga, perwakilan majelis agama para sahabat yang memberikan testimoni, diikuti dengan doa bersama.

Penghormatan ini memang pantas, karena jasanya yang besar untuk mengembangkan pluralisme agama di Indonesia, yang dilakukannya secara konsisten sejak muda, melalui tulisan-tulisannya di media massa, dialog yang dilakukannya ketika menjadi ketua umum PBNU, dan keputusan ang diambilnya ketika menjadi Presiden, yang paling fenomenal adalah pengakuannya terhadap agama Konghucu dan diperbolehkanna Imlek. Gus Dur juga sering datang ke pura dan ashram di Bali dan ikut sembahyang dan bhajan.

Namun dibalik perayaan itu, yang melambangkan optimisme akan pluralisme di Indonesia, yang sebetulnya sudah dirumuskan oleh Mpu Tantular pada abad 15, terselip juga kekhawatiran. Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang di dalamnya terdapat wakil-wakil dari organisasi massa Islam besar seperti NU dan Muhammadiyah beberapa tahun lalu mengeluarkan fatwa mengharamkan pluralisme. Sekalipun mendapat kritik keras dari berbagai kalangan sampai saat ini fatwa itu belum dicabut….

Agama-agama Timur seperti Hindu, Buddha, Jain, dan Sikh tidak mengalami kesulitan untuk menerima pluralisme agama. Sikap pluralistik itu berakar di dalam ajarannya. Sementara agama-agama Semitik bersifat anti-pluralisme. Paus Benedict XVI, pemimpin Gereja Katolik Roma, menolak menghadiri doa bersama para tamunya, para tokoh berbagai agama di dunia yang diundangnya untuk acara dialog antar agama, yang diadakan di Vatikan, 2007. Karena bila dia ikut dalam doa bersama itu, akan memberi kesan bahwa dia mengakui semua agama memiliki kebenaran yang sama. Tuan rumah yang arogan.’’
Di MEDIA HINDU edisi yang sama, diturunkan artikel dari I Ketut Budiasa, berjudul ‘Hindu, Pluralisme, dan Masa Depan Umat Manusia’. Ditulis dalam artikel ini: "Agama Hindu tidak bermasalah dengan pluralisme." Lalu, ditegaskan : "Manusia membutuhkan paham ketuhanan Hindu untuk menciptakan masa depan umat manusia yang damai di bumi yang dihuni bersama ini. Hanya dengan pandangan ketuhanan Hindu dan "sifat-sifat Tuhan Hindu" manusia dapat menciptakan masa depan yang damai secara hakiki dan tulus."

Menurut penulis, Hindu tak membagi manusia ke dalam ‘pemuja Tuhan’ dan ‘musuh Tuhan’. Apakah matahari hanya memberi sinarnya kepada sekelompok orang? Bahkan, ia tidak memalingkan sinarnya dari kotoran. Selanjutnya dikatakan: "Tuhan Hindu’’ yaitu Tuhan dalam konsep dan pandangan agama Hindu, yang disebut dengan berbagai nama: Brahman, Wisnu, Siwa, Rudra, dan ratusan atau bahkan mungkin ribuan nama lain, bukanlah Tuhan pencemburu.’’

Membaca persepsi dan ambisi kaum Hindu, kita patut bertanya: Jika Hindu mengaku sebagai agama pluralis dan toleran dengan kepercayaan agama lain, harusnya tidak mengritik konsep agama-agama lain, dan tidak berambisi meng-Hindu-kan kembali Indonesia.*/Depok, 12 November 2012.

Penulis Ketua Program Doktor Pendidikan Islam – Universitas Ibn Khaldun Bogor. Catatan Akhir Pekan [CAP] adalah hasil kerjasama Radio Dakta 107 FM dan hidayatullah.com

Ratusan Warga Australia Teriakkan Free Palestine” dan “Israel Apartheid”

Ahad, 18 November 2012

Hidayatullah.com—Hari, Sabtu (17/11/2012) ratusan orang turun ke jalan di pusat kota Melbourne mengutuk aksi biadab Zionis-Israel yang menggempur Jalur Gaza di Palestina. Demo yang berpusat di Swanton dan Bourke Street menuju Perpustakaan Negara.

Para demonstran tidak henti-hentinya meneriakkan yel-yel mengutuk agresi Zionis-Israel. Aksi yang sempat menimbulkan kemacetan ini mendapat perhatian banyak masyarakat. Bahkan salah seorang ibu yang rumahnya berada sekitar 1 jam dari pusat kota membawa khusus dua putrinya untuk ikut dalam aksi ini.

Para peserta demo berasal dari berbagai kalangan, beragam suku, ras, agama, turun bersatu seraya meneriakkan “Free Palestine” dan “Israel Apartheid”.

Tiga hari sebelum demonstrasi terjadi, para aktivis pro palestina telah melakukan orasi seraya menyebarkan selebaran di sekitar Bourke Street untuk merencanakan aksi mereka hari ini.

Setelah demonstrasi ini, rencananya akan ada demonstrasi susulan di berbagai tempat di Australia.

Beberapa tempat yang akan dijadikan aksi demontrasi menentang penjajahan Israel di wilayah Palestina seperti dikutip dari www.greenleft.org.au adalah:

Adelaide
Tema: “Emergency rally for Gaza”, Jumat 15 November , 5pm outside Myer Centre, Rundle Mall.

Brisbane
Tema: “Emergency solidarity for Gaza”, Sabtu 17 November 2012, 12.30pm di Brisbane Square, top of Queen Street Mall

Tema: “Take Action for Gaza” pada Jumat 23 November 2012, 5pm di King George Square

Canberra
Tema: “Rally against Israel's attacks on Gaza”, Sabtu 24 Novemver 2012, jam 12 sore, di Kedubes Israel, Turrana St, Yarralumla.

Melbourne
Tema: “Snap action in solidarity with Gaza”, pada hari Sabtu 17 Nov 2012, 12:30pm, di Old GPO, Bourke Street Mall.

Emergency organising meeting -- Tuesday November 20, 6pm venue TBC.
Rally against bombing of Gaza -- Friday November 23, 5:30pm, State Library.

Perth
"Emergency solidarity for Gaza", Fri Nov 16, Murray Street Mall, Perth City (outside Perth Underground Station)

Sydney
Stop the war on Gaza organising meeting -- Mon 19 November, 6pm UTS Tower Block.
Look for signs.

*/kiriman Harda Armayanto, Australia

Gerindra Akui Tak Kenal Kader Yahudi yang Calonkan Anggota Legislatif

Kamis, 15 November 2012

Benjamin Ketang
Hidayatullah.com--Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra Fadli Zon mengaku tidak mengenal Benjamin Ketang, pendiri Indonesia-Israel Public Affairs Committee (IIPAC), sebuah lembaga berafiliasi pada Yahudi yang sebelumnnya dikabarkan akan maju sebagai calon legislatif dari partai binaan Prabowo Subianto itu.

"Aku tidak kenal, belum tahu. Kita saja belum tentukan," tegas Fadli dikutip inilah.com, di Jakarta, Rabu (14/11/2012).

Menurut Fadli, sampai saat ini partainya, Gerindra belum memutuskan kader yang akan maju ke Pemilu Legislatif (Pileg) 2014.

"Nanti kita belum memutuskan, nanti akan ada tim untuk menyeleksi para caleg," jelas Fadli.

Sebelumnya diberitakan media itu, salah satunya kader Yahudi di Indonesia, Benjamin Ketang, mengaku berencana akan maju dalam Pemilihan Legislatif 2014.

"Mohon doa restu saya mau nyaleg DPR RI dari Partai Gerindra, dapil Jember-Lumajang," kata Benjamin dikuti inilah.com, Rabu (14/11/2012).

Saat perayaan hari kemerdekaan Israel pada 14 Mei 2011, bersama komunitas Yahudi di Indonesia pria asal Jember Jawa Timur yang pernah kuliah di Israel itu sempat berencana menggelar perayaan hari kemerdekaan Israel. Namun karena tidak mendapat izin, perayaan tersebut dilaksanakan secara tertutup.

Benjamin Ketang melalui lembaganya, IIPAC mengakui, berdiri sebagai lembaga lobi untuk perdagangan Indonesia-Israel.

Dalam sebuah wawancara khusus dengan Majalah Hidayatullah, ia menceritakan beberapa perusahaan asing milik Yahudi yang sudah menanamkan investasi di Indonesia.

“Banyak. Seperti lembaga-lembaga yang sudah eksis. Di Kupang ada Merhav Group. Itu bergerak di bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel ,” ujarnya.*

30 Dai Mendapat Pelatihan dari BIN dan BNPT

Selasa, 13 November 2012

[image: ilustrasi]
Hidayatullah.com--Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Prof Abdul Djamil menjelaskan, inisiatif melatih 30 orang da’i selama dua hari Senin, (12-14/11/2012) akan ditindaklanjuti dengan mengirimkan mereka ke berbagai tempat.

Para dai yang tergabung dalam "Majelis Silaturahmi Kiai dan Pimpinan Pondok Pesantren se-Indonesia" (MKSP3I) bakal dibekali pendidikan oleh Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) dan Puslitbang Kemenag.

“Inisiatif melatih 30 orang da’i selama dua hari ini akan ditindaklanjuti dengan mengirimkan mereka ke pelbagai tempat yang rawan masuk ajaran radikal,” kata Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Prof Abdul Djamil, seperti dilansir laman Kemenag.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra menilai tradisi keberagaaman Indonesia pada dasarnya unik. Menurut dia, umat tidak perlu mendebatkan perbedaan yang ada.

“Kita seharusnya sudah bisa melakukan sharing dan giving berupa ritual. Justru ajaran Islam yang saling bergesekan, bisa disalahgunakan atas nama demokrasi dan kebebasan memudahkan sebuah kelompok mengkafirkan orang lain,” kata dia saat menjadi salah satu nara sumber pada acara pelatihan dai ini.

Usai acara ini, mereka langsung ditempatkan di Bogor, Indramayu, Sukabumi, Kuningan, Cirebon, Pandeglang, Mesuji, Solo, Karanganyar, Sampit, Sampang, hingga Kediri, papar Abdul Djamil usai pembukaan “Halaqoh Ulama dan Launching Dai Rahmatan Lil Alamin di Hotel Millenium” di Jakarta, Senin (12/11/2012).

Ikut menjadi narasumber, Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyad Mbai, beberapa tokoh nasional, cendekiawan, dan akademisi.

Sedangkan pembekalan “Dai Rahmatan Lil ‘Alamin” merupakan kegiatan lanjutan setelah Halaqoh. Pembekalan bertujuan untuk memberi wawasan pengetahuan serta pemahaman tentang kegiatan dakwah di lapangan yang meliputi aspek, deskripsi geografis, demografis, dan aspek aktivitas dakwah.

“Para da’i diarahkan dakwahnya untuk ikut memerangi perbuatan asusila, korupsi, narkoba, tawuran, dan konflik horizontal,“ terang Prof Djamil. Mereka juga harus bisa mengupayakan penanaman nilai dan perilaku kemanusiaan di setiap ideologi umat.

Ketua Umum MSKP3I, Noer Muhammad Iskandar SQ menegaskan siap memberikan pencerahan bagi rakyat Indonesia yang tergabung dalam kelompok yang dinilai radikal ataupun kelompok yang longgar terhadap nilai-nilai keislaman.

“Aliran sesat timbul karena miskinnya silaturahim. Kami siap menyebarkan lagi ajaran ahlussunah wal jamaah hingga ke pelosok agar selamat dari kelompok ekstremis,” tegasnya.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra menilai tradisi keberagaaman Indonesia pada dasarnya unik. Umat, ujarnya, tidak perlu mendebatkan perbedaan yang ada.

“Kita seharusnya sudah bisa melakukan sharing dan giving berupa ritual. Justru ajaran Islam yang saling bergesekan, bisa disalahgunakan atas nama demokrasi dan kebebasan memudahkan sebuah kelompok mengkafirkan orang lain,“ungkapnya.

Sementara itu, Rois Syuriah Nahdlatul Ulama (NU) KH Masdar Farid Mas’udi mengatakan, umat Islam harus siap dengan segala perbedaan karena mempunyai propabilitas beda paling tinggi.

“Untuk menanggulanginya, negara juga tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap pemeluk agama mayoritas dengan minoritas,” kata salah satu nara sumber pada acara pelatihan dai tersebut.

Pentingnya pemerintah ikut campur, kata dia, lantaran isu perbedaan mahzab kini diselipi politik. Bukan lagi terkait umat, tapi juga berebut kekuasaan. Konflik keagamaan ini disebutnya beragenda ideologis politik.

“Prinsip menghalalkan segala cara menjadi stadium konflik beda mahzab menjadi berdarah-darah,” ungkapnya.

Azyumardi juga ingin agar pemerintah dan ulama mendekati setiap lapisan masyarakat untuk berdialog. Berikut menanamkan rasa nasionalisme. Hal tersebut untuk menghindari sektarianisme dan pembedaan mahzab seperti di Timur Tengah.*

PusHAMI (Islamic Human Right Commission)

FPI Deklarasikan "Komnas HAM" versi Umat Islam
Kamis, 15 November 2012

Hidayatullah.com--Front Pembela Islam (FPI) mendeklarasikan Pusat Hak Asasi Manusia Islam Indonesia (PusHAMI) atau Indonesian Islamic Human Right Commission (IIHRC). Pendirian Pusat HAM Islam ini dinilai bertujuan untuk membela aspirasi umat yang selalu dikebiri oleh sistem dan hukum yang ada di Indonesia.

Menurut Ketua Umum FPI, Habib Rizieq Shihab, sudah saatnya umat Islam menyingkirkan definisi HAM dari sudut pandang Barat. Selain itu, menurutnya definisi hak asasi manusia menurut Komnas HAM, dinilai selalu lambat dan tidak adil dalam membela kepentingan umat Islam. Mulai dari isu Ahmadiyah hingga fitnah terorisme yang menyudutkan kelompok sipil dari umat Islam.

"Komnas HAM yang ada selalu menggunakan definisi HAM ala barat, itulah mengapa kita perlu komnas HAM yang sesuai dengan syariat Islam," tegas Habib Rizieq.

"Malam ini kita akan mendefinisikan HAM sesuai dengan aturan Al-Quran dan As-Sunnah," jelasnya sebelum membacakan deklarasi bersama tersebut di Masjid Al Ishlah Petamburan Jakarta, Rabu (14/11/2012).

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Bahtiar Nasir yang turut hadir juga memberikan dukungan pendirian lembaga ini. Menurutnya, kehadiran Pusat HAM Islam saat ini memang menjadi kebutuhan penting umat Islam.

Terlebih ketika maraknya kasus penistaan agama dan tindakan aparat yang sering menembak tertuduh kasus terorisme tanpa pengadilan.

"Inilah tugas bersama kita, inilah yang dibutuhkan umat untuk membela hak asasi yang diinjak-injak kepentingan asing," tegasnya.

Selain para pengurus pusat FPI, hadir pula Muhammad Hariadi Nasution dan tim dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Muslim. Juga ustad Abu Jibriel dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dan beberapa perwakilan ormas Islam ikut yang tergabung dengan forum ini.

Wilayah kerja Pusat HAM Islam (PusHAMI) ini nanti akan ada 8 bidang. Di antaranya akan menyoroti kebijakan negara dan perundang-undangan, wanita, tenaga kerja, termasuk petani.*


"Komnas HAM Islam" Akan Bela Perempuan dan Soroti Kasus Terorisme
HAM Islam akan ikut menyoroti media-media yang secara sengaja merusak citra Islam
Kamis, 15 November 2012

Hidayatullah.com--Keberadaan Pusat Hak Asasi Manusia Islam Indonesia (PusHAMI) atau Indonesian Islamic Human Right Commission (IIHRC) dinilai untuk mengimbangi opini dan fitnah yang sering ditujukan kepada Islam, demikian tegas Munarman, SH dalam pidato singkatnya.

"Salah satu contohnya ketika kelompok liberal itu menyebut kita intoleran karena menolak Ahmadiyah dan LGBT," tegas Munarman saat pidato peluncuran Pusat HAM Islam di Masjid Al Ishlah Petamburan Jakarta, Rabu (14/11/2012).

Munarman juga menjelaskan ada 8 bidang yang akan menjadi poin utama perjuangan Pusat HAM Islam.

Pertama, Pusat HAM Islam akan menyoroti kebijakan negara. Baik dalam bidang ekonomi, politik hingga pembuatan sebuah Undang-undang.

"Jangan sampai ada Undang-undang yang memuat kepentingan asing dan merugikan rakyat dan umat Islam," tegasnya lagi.

Kedua, untuk melawan opini intoleran yang selalu di dengung-dengungkan kelompok liberal. Salah satunya hasil survey Lembaga Survey Iindonesia (LSI). Menurutnya hasil survey LSI tentang LGBT itu cukup ngawur karena menuduh umat Islam intoleran hanya karena menolak LGBT.

Ketiga, lembaga ini juga akan menyoroti fakta-fakta kontra terorisme dan kontra separatisme. Ia menyebut kesalahan fatal lembaga bernama Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) yang dinilai sering tidak adil. Berbeda dengan perlakuan terhadap gerakan separatis seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM), Republik Maluku Selatan (RMS).

"Seharusnya Organisasi Papua Merdeka (OPM), Republik Maluku Selatan (RMS) juga masuk daftar teroris. Mereka malah lebih parah karena melakukan pelatihan bersenjata," jelasnya.

Keempat, lembaga ini juga akan melindungi kaum petani dari diskriminasi dan eksploitasi LSM yang didanai kepentingan asing. Selain juga akan memperjuangkan hak petani untuk mendapatkan pendapatan yang layak.

Kelima, melindungi ketenaga kerjaan, pedagang kaki lima buruh dari gerakan kiri.

"Banyak tenaga kerja dan buruh Muslim di bodoh-bodohi oleh LSM - LSM kiri dengan ide ide sosialisme dan kontra Islam," ujarnya.

Keenam, Pusat HAM Islam juga akan membela hak perempuan. Selain dari kekerasan juga dari isu-isu kesetaraan gender yang menyesatkan.

Ketujuh, melakukan pencegahan dan pemantauan korupsi.

Kedelapan, akan melakukan pemantauan media. Baik televisi, cetak dan online. Jika perlu akan melakukan somasi dan menuntut ke pengadikan jika pemberitaan dinilai secara sengaja merusak citra Islam. Terlebih jika berita itu tidak sesuai fakta di lapangan.*


PusHAMi Diminta Perjuangkan Nama Baik Kartosoewiryo
Kamis, 15 November 2012

Hidayatullah.com--Ketua Gerakan Reformis Islam (GARIS), Cecep Hermawan meminta Pusat HAM Islam (PusHAMi) perjuangkan nama baik Kartosoewiryo. Menurut Cecep stigma pemberontak yang sejarah Indonesia merupakan sebuat fitnah.

"Kartosuwiryo bukan pemberontak, ia adalah pejuang kemerdekaan yang berazaskan Islam," tegasnya dalam kegiatan deklarasi PusHAMi di petamburan Jakarta, Rabu (14/11/2012).

Bagi Cecep, peran Kartosoewiryo dalam melawan Belanda di medan perang kemerdekaan jauh lebih berjasa. Ia mencatat laskar Hisbullah dan Sabilillah yang merupakan cikal bakal TII (Tentara Islam Indonesia) lebih dulu ada dibanding TNI saat ini.

"Hizbullah dan Sabilillah ada kekuatan militer umat Islam yang lebih dulu ada berdiri di garis depan melawan belanda," tegasnya lagi.

Cecep berharap keberadaan PusHAMi juga bisa mengembalikan nama baik Kartosuwiryo. Termasuk para korban operasi intelijen Ali Murtopo tahun 70-an hingga era Densus 88. Menurutnya, PusHAMi harus bisa berdiri digaris terdepan menjaga hak dan mengembalikan nama baik para pejuang Islam di tanah air Indonesia.*


Salam UI dan LDK se-Jakarta Dukung Kehadiran PusHAMi
Jum'at, 16 November 2012

Hidayatullah.com--Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Salam UI menyampaikan rasa bangganya dengan kehadiran Pusat HAM Islam (PusaHAMi). Dukungan ini disampaikan ke perwakilan Salam UI, Gunawan.

"Alhamdulillah saya baru mendengar kabar ini, kami semua jaringan LDK tentu bangga dengan kehadiran PusHAMi ini," jelasnya saat ditemui di kampus UI Depok, Jum'at (16/11/2012).

Menurut Gunawan, keberadaan PusHAMi sangat dibutuhkan umat Islam saat ini. Selama ini menurutnya keberadaan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM ) dinilai belum cukup adil dalam melihat masalah HAM ketika terkait masalah umat Islam.

Gunawan mengaku akan segera mensosialisasikan kehadiran PusHAMi ini ke seluruh jaringan LDK. Selanjutnya, iIa berharap kabar ini disosialisakan ke masyarakat lebih luas.

"Sudah waktunya masyarakat dicerdaskan dengan definisi HAM versi Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam," tambahnya lagi.

Gunawan menilai, meski fitnah, intimidasi dan adu domba terus diarahkan pada umat Islam, faktanya geliat kebangkitan dan kecintaan terhadap Islam semakin terasa. Karenanya, berdirinya PusHAMi diharapkan menjadi gambaran bangkitnya umat Islam dalan intelektualitas dan cara berpikir khusunya dalam memperjuangkan Islam dengan cara-cara yang yang lebih elegan dan konstitusional.*

10.11.12

Facebook for Palestine!

I stand with Palestine and...



"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi (zionist?) & orang-orang musyrik. ..." (Q5.82)


Baca juga: (Must Read!)

5.11.12

(Yahudi Zionis) Lebih Parah dari Apartheid

Mantan Tentara Zionis Bicara 
(Yahudi Zionis) Lebih Parah dari Apartheid

Hidayatullah.com—Sebagian Yahudi mengatakan bahwa mereka tidak setuju dengan berdirinya negara Zionis Israel. Alasannya, mereka percaya negara Yahudi hanya akan berdiri jika Messiah telah datang. Namun benarkah klaim itu?

Jika melihat bagaimana kemarahan mereka saat disuruh keluar oleh pemerintah Zionis dari pemukiman Yahudi di Gaza –menjelang diterapkannya blokade atas wilayah pesisir itu– tentu kita tidak akan mudah mempercayai klaim tersebut. Terlebih, seperti telah dikemukakan di awal, upaya mereka untuk menguasai wilayah Palestina sudah dilakukan sejak pemerintahan Islam berkuasa di sana. Dan jika memang mereka tidak menginginkan negara sendiri, tentu orang-orang Yahudi yang menetap di berbagai negara, tidak akan berbondong-bondong mendatangi wilayah Palestina. Dan Yahudi yang tidak pindah ke Israel, tidak akan memberikan dukungan moral dan finansial dari luar negeri.

Meskipun hanya segelintir, ada juga orang Yahudi yang muak dengan apa yang dilakukan oleh saudara Yahudi mereka. Ia menjuluki dirinya sebagai "self-hating Jew", orang Yahudi yang membenci dirinya sendiri. Salah satunya adalah Gilad Atzmon, mantan anggota militer Israel Defence Force (IDF), penulis buku tentang zionisme "The Wandering Who?" (Siapa yang Tersesat?).

Dalam bukunya Atzmon menceritakan, di masa-masa awal kehidupannya ia sangat percaya dengan keunggulan bangsa Yahudi di atas bangsa-bangsa lainnya. Ia percaya bahwa Yahudi memang orang-orang yang terpilih, sama seperti pemikiran kakeknya –yang disebutnya sebagai seorang veteran Zionis teroris– dan Yahudi lainnya.

Ia menganggap orang Palestina, yang mencuci kendaraan, membangun rumah-rumah, menjaga toko dan bahkan membersihkan kotoran orang-orang Yahudi dengan upah minim, meskipun ada namun dianggap tidak ada.

Kecintaannya memainkan alat musik saxophone dan jenis musik jazz, yang umumnya dimainkan oleh orang-orang kulit hitam di Amerika, sedikit banyak membuka matanya akan eksistensi ras selain Yahudi. Perasaan lembut yang terasah oleh jazz itu terbawa hingga Atzmon masuk wajib militer di IDF pada usia 17 tahun.

Saat ditugaskan di Libanon, Atzmon mengamati para tawanan Palestina. Orang-orang itu kelihatan berbeda dengan orang Palestina yang tinggal di Al-Quds. Mereka yang dilihatnya di Ansar, kelihatan marah. Mereka tidak merasa sebagai orang yang kalah, sebab mereka adalah para pejuang kemerdekaan.

Saat melintasi pembatas kawat berduri dengan mengenakan seragam tentara Zionis sambil mengamati para tawanan di kamp konsetrasi itu, tiba-tiba Atzmon merasa seperti seorang Nazi dan para tawanan itu adalah orang Yahudi. Meskipun demikian, perlu waktu bertahun-tahun baginya, untuk menghilangkan pengaruh indoktrinasi Yahudi-sentris yang diterimanya sejak kecil.

Setelah berpikir sekitar 10 tahun, dengan penuh kesadaran pria kelahiran Tel Aviv tahun 1963 itu kemudian pergi menjauhi Israel menuju London untuk kuliah dan berkarir sebagai musisi. Dari sana pula lulusan filsafat itu aktif menulis dan mengkritik zionisme.

Menurut Atzmon, Yahudi dibagi tiga. Pertama, orang-orang yang menganut agama Yahudi. Kedua, mereka yang menganggap dirinya manusia dan kebetulan memiliki darah Yahudi. Ketiga, mereka yang menaruh keyahudiannya di atas semua bangsa dan golongan.

Kelompok pertama dan kedua tidak berbahaya, kata Atzmon. Namun, kelompok ketiga itulah yang sangat merusak. Mereka orang-orang Zionis.

Zionisme bukan sekadar gerakan kolonialisme yang mengincar Palestina, seperti yang dikatakan oleh sejumlah sarjana. Zionisme sebenarnya gerakan global yang dikompori oleh solidaritas kesukuan yang unik.

Orang Yahudi sangat bangga dengan keyahudiannya. Namun, pada saat yang sama mereka akan merasa terhina jika dipanggil dengan sebutan 'Jew'. Istilah Jew (Yahudi dalam bahasa Inggris) kerap dilarang dipergunakan di forum-forum di dunia maya, karena dianggap sebagai istilah tabu.

Israel adalah negara Yahudi. Dan keyahudian mereka adalah ideologi etno-sentris yang didorong oleh ekslusivitas, eksepsionalisme, dan supremasi rasial.

Membela Kepentingan Zionisme

Dari sudut pandang Zionis, tidak ada yang dinamakan Yahudi Kanada atau semisalnya. Yang ada adalah Yahudi yang tinggal di Kanada. Dan tujuan utama zionisme adalah melayani kepentingan negara Yahudi, Israel.

Oleh karena itu, orang-orang Yahudi yang memiliki jabatan tinggi di berbagai negara, seperti Paul Wolfowitz (pernah menjabat Presiden Bank Dunia dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia), Rahm Emmanuel (menjabat Gubernur Chicago dan Kepala Staf Gedung Putih dalam pemerintahan Obama), Lord Levy (politisi Partai Buruh dan menduduki kursi di majelis tinggi parlemen Inggris, teman dekat mantan perdana menteri Tony Blair) dan David Aaronovitch (wartawan, penyiar, penulis dengan segudang pengalaman di berbagai perusahaan media seperti BBC, The Times, Guardian, The Observer, dan lainnya), mereka tetap bertahan di posisi mereka dan tidak pindah ke Israel. Sebab, keberadaan mereka yang dekat dengan pusat kekuasaan di berbagai negara, lebih efektif untuk membela kepentingan zionisme.

Zionis memiliki sifat parasit. Mereka sangat paham bahwa kelangsungan hidupnya tergantung pada kerjasama dengan pihak-pihak yang memiliki kekuatan. Termasuk dengan pemilik tanah yang mereka jajah, tentunya dengan memberikan sedikit bantuan kepada mereka. Israel seperti kanker yang menggerogoti wilayah jajahannya.

Atzmon sepakat dengan Farid Esack, seorang sarjana Afrika Selatan, penulis dan aktivis politik yang dikenal menentang apartheid. Dalam surat terbukanya untuk rakyat Palestina, Esack menulis, "Israel bukan sebuah apartheid, bahkan ia lebih parah dari itu."

Holocaust merupakan "agama baru" yang dilahirkan oleh zionisme, yang kemudian melahirkan "tuhan-tuhan kecil" di kalangan Yahudi. Ada Alan Greenspan yang dianggap sebagai “tuhan perekonomian”, Abe Fox sebagai “tuhan yang memerangi fitnah” atas Yahudi, Milton Friedman “tuhan pasar bebas”, Lord Levy “tuhan yang piawai menggalang dana untuk zionisme”, serta AIPAC (American Israel Public Affairs Committee) yang merupakan Olimpus-nya Amerika. AIPAC merupakan tempat para pejabat politik yang terpilih di Amerika Serikat meminta belas kasihan, tempat pengampunan para goyim (non-Yahudi) dan juga tempat meminta uang tunai.

Goyim menurut orang Yahudi, adalah orang selain Yahudi yang dilahirkan untuk melayani mereka. Presiden AS Barack Obama, bisa disebut sebagai salah satu contoh goyim yang senantiasa berhubungan erat dengan AIPAC.

Dalam artikelnya berjudul "Zionist Being Swept Away by the Changing Tide", yang membahas tentang meningkatnya kesadaran orang akan bahaya zionisme dan kemarahan orang-orang Yahudi terhadap bukunya "The Wandering Who?", Atzmon mengaku mendapat banyak gangguan dari Zionis. Mulai dari tekanan untuk menarik bukunya, menghambat distribusi hingga membakar bukunya. Bahkan konser musiknya pun berusaha digagalkan.

Namun Atzmon menilai, semakin Zionis menekan dirinya, hal itu menunjukkan kebenaran tulisannya tentang politik zionisme. Dan semakin buruk taktik Zionis, semakin banyak orang yang akan berpihak kepadanya.

Di bagian akhir artikelnya itu, Atzmon menulis, "Cukup sudah. Kami tidak ingin mendengar lagi tentang anti-Semit, holocaust, dan betapa hebatnya penderitaan orang-orang Yahudi. Hal yang seharusnya mendapatkan perhatian adalah masalah Islamophobia dan bencana yang menimpa bangsa Palestina."

Pluralisme Mengajarkan Orang untuk Ragu pada Agamanya Sendiri

Hidayatullah.com--Pluralisme adalah suatu hal pemahaman yang disebarkan dengan implementasi yang tidak konsisten. Gagasan pluralisme yang selalu meneriakan keharmonisan dalam perbedaan sebenarnya adalah kebohongan. Pasalnya pluralisme sendiri pada kenyataannya justru mengajarkan orang untuk ragu pada agamanya sendiri, dan pendapat itu sendiri ditanamkan dengan paksa dalam masyarakat Islam. Demikian disampaikan Dr. Adian Husaini MA.

Pluralisme tidak membolehkan kita menyakini hanya Islam yang benar saja. Itu bukti pluralisme itu bohong dan sangat paradoks, pluralisme itu memaksa orang untuk ragu pada agamanya sendiri,” jelas Adian Husaini dalam kegiatan “Malam Bina Iman dan Takwa (MABIT)” yang diadakan komunitas #IndonesiaTanpaJIL di Masjid Al Azhar Bekasi, Sabtu (20/10/2012).

Adian mengatakan, gagasan pluralisme sebenarnya bertujuan menjauhkan orang dari ajaran orisinal agamanya. Pluralisme ingin mendekonstruksi definisi agama dengan aturan yang justru membuat orang tidak beragama. Gagasan humanisme, hak asasi, persaudaraan dan kedamaian yang dibangun oleh pluralisme sejatinya hanya menjebak orang pada kehidupan tanpa tuhan.

Pada akhirnya kita disuruh untuk mendefinisikan tuhan sesuai maunya kita, ketika aturan Allah sebagai Tuhan dalam Islam itu tidak sesuai dengan kemauan kelompok pluralism, maka akan ditolak, inikan lucu, “ tambah pria yang dikenal produktif menulis ini.

Karena itu menurut Adian, hakikatnya pluralism adalah memaksakan pendapatnya kepada kelompok-kelompok agama. Dengan mengatakan semua tuhan adalah sama pada hakikatnya pluralisme-lah yang melakukan pemaksaan pendapat kepada kelompok beragama.

Jadi, jika ada yang mengatakan bahwa pluralisme itu bisa menerima kemajemukan perbedaan agama masyarakat, pada dasarnya pernyataan itu bohong. Karena pluralisme justru memaksa orang untuk ragu pada agamanya sendiri. Bahkan gara-gara pluralisme-lah orang jadi tidak beragama dan mendekat pada konsep atheisme.*