19.2.12

The Bilderbergers

Bilderberger adalah nama sebuah hotel di Oosterbeek, Holland. Bilderberger di tetapkan sebagai nama organisasi setelah para anggotanya mengadakan pertemuan perdana di Hotel Bilderberger, tepatnya pada awal tahun 1954. Komplotan ini tidak punya nama dan eksistensi resmi. Mereka beranggotakan politisi elit dunia yang berjumlah 100 orang lebih; terdiri dari para pakar keuangan internasional, bos - bos internasiona, para pemimpin politik dan keluarga - keluarga kerajaan eropa, termasuk pangeran charles, ratu Sophia dari spanyol dan ratu Beatrix dari Belanda. Broker politik terkemuka; keluarga Rockefeller AMerika dan ROthschilds Eropa, di kabarkan juga menjadi pilar - pilar komplotan tersebut.

Setiap tahun, anggota komplotan ini bertemu selama empat hari di lokasi rahasia sekitar amerika serikat atau eropa. Pada tahun 2003, pertemuan di selenggarakan antara tanggal 15 dan 18 Mei di istana Trianon yang bersejarah dan mewah di Versailes. Pers di larang meliput, apalagi mempublikasikan pertemuan ini. Kebijakan ini di ambil atas himbauan "raja - raja" pers yang juga menjadi anggota atau tamu. Setiap tahun, orang penting dari surat kabar The Washington Post menghadiri pertemuan tersebut. Para pemimpin redaksi surat kabar New York Times, Los Angeles Times dan TV Networks sangat maklum" bahwa pertemuan tersebut tidak untuk di publikasikan. Penyiar perancis, Thierry de Segonzac berkata,"Bilderbergers perkasa berkuasa dan tidak mau di ekspos".

Semula, pertemaun - pertemuan itu di pimpin mantan pejabat Nazi; Pangeran Bernhard dari Belanda hingga masa pengunduran dirinya pada tahun 1976 karena terlibat skandal LOCKHEED. Kemudian Lord Carrington memimpin. Dia mantan menteri kabinet pemerintahan kerjaan inggris dan sekertaris jenderal NATO yang menjadi anggota keluarga Rothschilds karena pernikahan.

Reporter Emma Jane Kirby melukiskan Bilderbergers, "merekalah pelobi hebat. Mereka perkasa menentukan kebijakan publik karena memiliki kekuatan politik yang sangat besar pengaruhnya di dua sisi atlantik." Pengaruh mereka sangat kuat. Uni Eropa, perjanjian ROma, mata uang tunggal eropa (EURO), akhir perang dingin, NAFTA (North American Free Trade Agreement), Brady Plan (Presiden Ronald Reagen menyediakan US$ 50 milyar untuk negara - negara dunia ketiga dan komunis) dan di pecatnya Margaret Thacher dari kursi perdana menteri inggris karena menolak di bentuknya Uni Eropa adalah contoh kecil dari sederet kuasa Bilderbergers.

Sebagaimana kelompok - kelompok lain yang menjadi rekannya; Komisi Trilateral (Trilateral Commision) dan Dewan Hubungan Luar Negeri (Council on Foreign Relationships-CFR) Bilderbergers bertujuan membentuk pemerintahan sentral atau satu kendali dunia (WORLD ONE ORDER) Mereka citrakan pemerintahan Nasional suatu negara sebagai sistem pemrintahan basi dan kuno. Era modern, semangat nasionalisme adalah kemunduran.

Neal Wilgus, seorang penulis, menggambarkan mereka sebagai CFR bayangan. Kegiatannya mengekspansi dunia internasional. Merekalah alamat kecamam masyarakat "melek informasi" karena biadab mendalangi tragedi - tragedi besar dunia. Karena mereka menjalankan proyek - proyek internasional demi mengeruk kekayaan dunia dan mengokohkan kekuasaan mereka hingga bangsa - bangsa di negara berkembang menjadi "Bangkai".

Jika mereka mengincar kekuasaan demi terlaksananya rencana, maka mereka segera menciptakan dan menyebar politisi - politisi dan ekonom kawakan. Mereka tak segan menebar suap, korupsi dan pengaruh kepada organisasi - organisasi wadah berhimpunnya beberapa negara. Iming - iming imbalah kepada para pemimpin dunia itu berupa keuntungan besar. Bagaimana mendapatkannya? ide "internasionalisme" harus di terpakan. Caranya : petinggi dunia yang berhimpun itu di iming - imingi banjir dana proyek - proyek di negara - negara mereka. Tapi sebenarnya semua itu jeratan semata. Kekayaan bangsa - bangsa di negara dunia ketiga di keruk habis. Karenanya kekuassan Bilderbergers semakin perkasa.

Misalnya, mereka pernah menjebak uni soviet dengan bantuan finansial. Jumlahnya menggiurkan; milyaran dollar. Kompensasi yang harus di bayar adalah uni sovyet menyerahkan sumber daya mereka dengan harga sangat rendah. Seperti berita yang tersebar di TV dan media cetak; mereka menjerat negara - negara berkembang dengan pinjaman Dana Moneter Internasional (IMF) berbeunga "mencekik". Jebakan ini adalah cara mereka merusak tatanan ekonomi dunia. Tujuan mereka agar negara - negara dunia ketida (negara berkembang) lumpuh dan bergantung total kepada mereka. Setelah mendapakan pinjaman dari IMF, penduduk negara - negara berkembang menjadi hamba sahaya abadi untuk melayani kepentingan mereka.

Setia tahun, anggota inti Bilderbergers "menebar jala" demi melokalisair orang - orang ambisius baru untuk bergabung setlah menghadiri undangan pertemuan. Wajah - wajah baru itu adalah mereka yang di beri jabatan politik strategis "menjanjikan", tapi segera di depak setelah tak lagi di perlukan. Douglas Wilder, saat karir politiknya meroket sebagai gubernur kulit hitam pertama di Amerika Serikat, di undang menghadiri pertemuan in. Tapi pada tahun 1984, saat gagal memperoleh satu persen suara pemilihan presiden sebagai wakil Partai Demokrat, namanya di coret dari daftar tamu pertemuan Bilderbegers.

Pada tahun 1991, Bilderbergers benar - benar beruntung setelah menghadirkan Bill Clinton di Baden, Jerman. Ketika itu, pria penggila seks in adalah gubernur Arkansas. Setahun kemudian, Bill Clinton terpilih sebagai presiden Amerika Serikat.

Sejak awalah tahun 1970an, presiden - presiden AS di duga "dikantongi" Bilderbergers. Gerald Ford adalah anggota Bilderbergers. Jimmy Carter dab wakilnya, Walter Mondale adalah anggota Trilateral Commission. Tahun 1980an, selama berlangsungnya pemilihan presiden, Ronald Reagen mengatakan bahwa dia tak akan berurusan apapun dengan Trilateral COmmissiona. Tapi setelah terpilih menjadi presiden, Ronald Reagen justru mnunjukkan wakilnya dari anggota Trilateral Commission, yaitu George Bush. Putra George Bush, George W Bush,secara struktur tidak masuk dalam kelompok Bilderbergers, tapi pejabat - pejabat administrasinya orang - orang Bilderbergers.

Mantan petinggi intelejen kerajaan Inggris, Dr. John Coleman, menegaskan pertemuan Bilderbergers di restui M16 kerajaan Inggris atas wewenang Lorad Carrington, Presiden Royal Institute of International Affaris. Di Amerika, CIA menyiapkan intelejen dan pengamanan untuk pertemuan Bilderbergers. Fakta ini bukan hal baru yang mengejutkan, karena kantor CIA, Office of Strategic Services (Kantor layanan strategis) di bangun oleh John J. McCloy, mantan ketua council on Foreign Relationship dan pimpinan Rockefeller Chase Manhattan Bank.

Pertemuan Bilderbergers bukan reuni iseng. Saat berlangsung pertemuan itu, polisi tak segan - segan menahan waratawan dan merampas kartu pers jurnalis manapun yang meliput mereka. Penertiban dan pengamanan super ketat selalu di lakukan saat pertemuan Bilderbergers berlangsung. Jika pertemuan Bilderbergers di selenggarakan di Gedung Putih, terlihat para penjaga memadati setiap jengkal tanahnya.

Di Versailes, Perancis, garis lingkar keamanan di bentang ekstra ketat. RUang gerak warga sipil di sekitarnya sangat di batasi karena pertemuan Bilderbergers sedang berlangsung. Meski pihak militer Perancis tidak memperoleh penjelasan memuaskan tentang acara itu, mereka tetap menjalankan tugas untuk mengamankan pertemuan Bilderbergers agar tidak di liput pers.

Morio Monti, anggota komisi Eropa dan tamu Bilderbergers yang kini jarang menghadiri pertemuan berkata,"Para peserta menghadiri pertemuan - pertemuan untuk membahas masalah bersifat tertutup. Mereka tidak terikat oleh Komisi Eropa, tidak ada resolusi, tak ada voting dan tak ada komunika politik yang diumumkan".
Penjelasan tentang keputusan komplotan Bilderbergers tak pernah di publikasikan, bertentangan dengan demokrasi dan hukum yang mereka gembar - gemborkan.

Source: Michael Bradley; Secret Societies.
***********************************************************************************


The Bilderbergers

In 1954, the most powerful men in the world met for the first time under the auspices of the Dutch royal crown and the Rockefeller family in the luxurious Hotel Bilderberg of the small Dutch town of Oosterbeck. For an entire weekend they debated the future of the world. When it was over, they decided to meet once every year to exchange ideas and analyze international affairs. They named themselves the Bilderberg Club. Since then, they have gathered yearly in a luxurious hotel somewhere in the world arrogantly plotting the subversion and silent takeover of constitutional governments everywhere. Their goal is a World Government run exclusively by their hand-picked puppets.

Shrewd and calculating, their hearts are filled with lust for power and consumed by greed for money. Rich and aristocratic, they despise Christians and they loathe the lowly working class. They control the world's press and virtually all our banks and financial institutions. They screen and choose who America's leaders will be and even determine who will run on the Democratic and Republican Party tickets. It was shortly after attending the 1991 Bilderberger meeting, Governor Bill Clinton was selected to be the next President of the United States. Bill Clinton and White House advisor Vernon Jordan's relationship goes back to it's Bilderberger connections.

Among the elitist membership or attendees at Bilderberg meetings is David Rockefeller, Henry Kissinger, Lloyd Bentsen, Helmut Kohl, Prince Charles, Prince Juan Carlos, Katharine Graham, Alice Rivlin, Gerald Ford, Bill Clinton, Hillary Clinton, Dan Quayle, Donald Rumsfeld, Colin L. Powell, John Edwards, Bill Bradley, Bill Richardson, Christopher Dodd, Dianne Feinstein, Alexander Haig, Ralph E. Reed, George Stephanopoulos, William J McDonough & Timothy F. Geithner (Presidents, Federal Reserve Bank of New York), George Soros, Paul Volcker & Alan Greenspan (former Chairman of the Federal Reserve), H. J. Heinz II (CEO of H. J. Heinz Company), Peter A. Thiel (Co-Founder, PayPal), Eric E. Schmidt (Chairman and Chief Executive Officer, Google), Lloyd Blankfein (CEO of Goldman Sachs), Rupert Murdoch, Donald E. Graham (Chairman of the Board of The Washington Post Company), William F. Buckley, Jr. (founder of National Review and former host of Firing Line), Peter Jennings, George Will, Lesley Stahl, Bill D. Moyers, and many others. The list includes prominent persons in politics, the military, financial institutions, major corporations, academia, and the media.

Leaders of the Bilderberg Club argue that discretion is necessary to allow participants in the debates to speak freely without being on the record or reported publicly.

Why are the Davos World Economic Forum and G8 meetings carried in every newspaper, given front page coverage, with thousands of journalists in attendance, while no one covers Bilderberg Club meetings even though they are annually attended by Presidents of the International Monetary Fund, The World Bank, Federal Reserve, chairmen of 100 most powerful corporations in the world such as DaimlerChrysler, Coca Cola, British Petroleum, Chase Manhattan Bank, American Express, Goldman Sachs, Microsoft, Vice Presidents of the United States, Directors of the CIA and the FBI, General Secretaries of NATO, American Senators and members of Congress, European Prime Ministers and leaders of opposition parties, top editors and CEOs of the leading newspapers in the world.

"We are grateful to the Washington Post, The New York Times, Time Magazine and other great publications whose directors have attended our meetings and respected their promises of discretion for almost forty years. It would have been impossible for us to develop our plan for the world if we had been subjected to the lights of publicity during those years. But, the world is now more sophisticated and prepared to march towards a world government. The supranational sovereignty of an intellectual elite and world bankers is surely preferable to the national auto-determination practiced in past centuries." -- David Rockefeller

Bilderbergers Planned Kosovo War in 1996

Rebuilding America's Defences: Strategies, Forces And Resources For A New Century
A premeditated attack on Iraq to secure 'regime change' was planned by George Bush and his cabinet long before the events of 9/11 and even before he took power in January 2001. The blueprint for the creation of a 'global Pax Americana' was drawn up for Dick Cheney, Donald Rumsfeld, Paul Wolfowitz, and others in September 2000 by the neo-conservative think-tank Project for the New American Century (PNAC).

Source: jeremiahproject.com

Copas dari: http://www.stevyhanny.blogspot.com/2009/01/bilderbergers.html

No comments:

Post a Comment