29.8.11

Wikileaks Ungkap Bom dan SBY


Tuesday, 01 March 2011 14:20

Amerika sudah tahu JW Marriott bakal dibom. Capres SBY dinilai positif dan Wiranto ditolak.

Akhirnya, Julian Assange ditahan di London atas order Swe-dia. Kepolisian setempat berkilah, Julian Assange ditahan agar tidak kabur. Pria ini dituduh pemerintah Swedia telah melakukan kekerasan seksual terhadap relawan situsnya.

Drama itu bagian dari klimak teror yang membadai Julian Assange, pendiri situs Wikileaks. Sebelumnya, perusahaan jasa keuangan global Mastercard, Paypal, dan Visa, membekukan sepihak hubungannya dengan Wikileaks. Akibatnya, donasi publik internasional kesulitan mengalir ke situs web itu. Assange pun terpaksa menghijrahkan situsnya ke alamat baru.

Wikileaks menjadi pusat perhatian karena merilis Cablegate atau skandal kawat diplo-matik AS. Ada 251.287 dokumen, termasuk 3.059 dokumen dari Kedubes AS Jakarta dan 167 dokumen dari Konjen AS Sura-baya. Dokumen yang akan di-bocorkan dari perwakilan AS di Indonesia mulai dari pemerin-tahan Soeharto pada 19 Novem-ber 1990 sampai pemerintahan SBY pada 27 Februari 2010.

Seperti diunggah situs Wikileaks pada 6 Desember lalu, ada kawat dari Kedubes Amerika soal terorisme yang dikeluarkan 4 hari sebelum peristiwa bom di Hotel JW Marriott, 17 Juli 2009.

Seperi dilansir Wikileaks, kawat dari Kedubes AS di Jakarta pada 13 Juli 2009 itu berkode PTER, PREL, PGOV, ASEC, ID. Dari kode itu, bisa diketahui isi kawat itu adalah terkait isu terorisme, hankam, pemerintah pusat dan hubungan luar negeri Indonesia.

Pada 17 Juli 2009, bom Marriott pun meledak dan ikut merusak Hotel Ritz-Carlton. Pada hari yang sama, langsung keluar kawat lagi dari Kedubes AS Jakarta dengan kode PTER, PGOV, PREL yang artinya terorisme, pemerintah Indonesia dan hubungan luar negerinya.

Menurut Ketua Lajnah Siya-sah HTI Harits Abu Ulya, dokumen tersebut semakin membuktikan bahwa Amerika beserta komplotannya adalah dalang teror bom di Indonesia dan bahkan di dunia.

Misalnya jelang peristiwa Bom Bali 2002. Koran Australia, Sydney Morning Herald, edisi 16 Oktober 2002, memberitakan bahwa CIA telah menyampaikan informasi kepada pemerintah Australia dua minggu sebelumnya bahwa Bali akan menjadi sasaran teror intemasional. Karenanya, Warren Reed, mantan dinas rahasia Australia (ASIS) merasa heran bahwa Teror Bom Bali akhirnya bisa terjadi.

Dalam wawancara dengan SBS, Melbourne Independent Media Center, Australia, pada 17 Oktober 2005, Presiden RI Abdurrahman Wahid tegas menyatakan bahwa dalang teror bom Bali 12 Oktober 2002 adalah agen-agen intelijen militer dan polisi yang didanai CIA (AS), Mossad (Israel), dan MI-6 (Inggris).

Wikileaks juga mengungkap dokumen dukungan Amerika soal Pemilu 2004 di Indonesia. Dalam CRS Report RS21874 Analyst in Southeast and South Asian Affairs, 20 Mei 2005, Kandidat Presiden SBY disebut The Thinking General. Sebaliknya, menurut kawat tersebut, bila Wiranto jadi Presiden, hubungan RI dan AS akan sangat rumit karena Kongres AS menaruh perhatian besar pada isu pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur.

Laporan itu mengatakan, suksesnya Pemilu 2004 meneguhkan dominasi partai sekuler, yaitu Golkar, PDIP, dan Partai Demokrat.

Selain itu, Wikileaks juga memuat informasi mengenai Timor Timur, saat itu pemerintah AS yang dipimpin Bill Clinton menekan pemerintah Indonesia untuk menerima kehadiran pasukan perdamaian Internasional di Timor Timur usai jejak pendapat pada tahun 1999 yang warnai dengan kerusuhan, Clinton menekan Indonesia dengan ancaman penghentian bantuan eko-nomi.[] ta

http://mediaumat.com/media-nasional/2456-49-wikileaks-ungkap-bom-dan-sby.html

No comments:

Post a Comment