29.11.09

Rabi Yahudi Bolehkan Bunuh Anak-anak

Sekalipun bayi, semua yang dianggap mengancam Yahudi boleh dibunuh. Maklumat rabi Yahudi ini didiamkan oleh masyarakat dan intelektual Israel

Hidayatullah.com--Seorang rabi yahudi menerbitkan sebuah buku yang memberikan izin kepada umat Yahudi untuk membunuh non-Yahudi, termasuk bayi dan anak-anak serta siapa saja yang mungkin mengancam dan berbahaya bagi Israel dan Yahudi.

"Memang diperbolehkan untuk membunuh orang yang shaleh di kalangan non-Yahudi, bahkan meskipun mereka tidak bertanggung jawab atas situasi yang mengancam itu," kata rabi Yitzhak Shapiro yang mengepalai Od Yosef Chai Yeshiva di wilayah pendudukan Tepi Barat, dalam bukunya The King's Torah.

Ia beralasan bahwa goyim (kafir untuk selain Yahudi), boleh dibunuh jika mereka mengancam Israel.

"Jika kita membunuh seorang kafir yang telah berdosa atau melanggar satu dari tujuh perintah tuhan, maka tidak ada yang salah dengan membunuhnya."

Shapiro, rabi yang memimpin sebuah sekolah Talmud kecil di wilayah pendudukan Yitzhar dekat Nablus, mengatakan maklumatnya itu "sepenuhnya dibenarkan oleh Taurat dan Talmud."

Maklumat anti-goyem itu sepertinya dibuat sebagai tanggapan atas penangkapan Yaakov Teitel oleh polisi Israel yang mengaku bahwa ia telah membunuh dua orang pengembala Palestina di Tepi Barat.

Teroris Israel yang merupakan imigran kelahiran Amerika itu, juga mengaku mencoba membunuh tokoh-tokoh Yahudi sayap kiri.

Polisi Isarel menganggap penangkap Teitel itu sebagai sebuah prestasi dalam melawan teroris Yahudi. Di mana menurut para pakar semakin berkembang akibat dikeluarkannya maklumat oleh para rabi yang terkait dengan sekolah-sekolah agama-zionis.

Hampir 16 tahun lalu, seorang teroris Yahudi bernama Yigal Amir membunuh Yitzhak Rabin.

Tahun 1994 Baruch Goldstein, seorang teroris Yahudi yang terkenal kejam membunuh 29 Muslim yang shalat di dalam Masjid Al-Ibrahimi di kota Al-Khalil Tepi Barat.

Dan masih banyak rakyat Palestina lainnya yang dibunuh oleh teroris Yahudi berdarah dingin. Namun anehnya, semua teroris tersebut pada akhirnya disebut sebagai orang yang mengidap gangguan jiwa.

Maklumat Shapiro didukung oleh banyak rabi yang mengajar di sekolah-sekolah agama, termasuk di seminari Talmud Merkaz Ha'rav di Yerusalem Barat.

Di antara para rabi yang telah menyatakan dukungannya secara terbuka adalah Yitzhak Ginsburg dan Ya'akov Yosef.

Ginsburg pernah menulis selebaran yang memuliakan Baruch Goldstein dan menyebutnya sebagai "tokoh suci."

Cara pandang Shapiro terhadap orang Palestina dan non-Yahudi secara umum dilihat dari sudut hukum agama Yahudi (halacha), merupakan gambaran umum tentang orang-orang Israel dan Yahudi.

Selama perang di Gaza awal tahun ini, Mordechai Elyahu, salah seorang rabi terkemuka, mendorong agar tidak ragu-ragu membunuh anak-anak musuh untuk menyelamatkan nyawa tentara Israel.

Ia bahkan mengajukan petisi, agar pemerintah Israel melakukan serangkaian pengeboman yang meluas di pusat-pusat pemukiman Gaza.

"Jika mereka tidak berhenti setelah kita membunuh 100, maka kita harus membunuh 1.000. Dan jika mereka tidak berhenti setelah kita membunuh 1.000, maka kita harus membunuh 10.000. Jika mereka tidak juga berhenti, kita harus membunuh 100.000, bahkan sejuta. Berapapun untuk membuat mereka berhenti."

Menurut Israel Shahak, penulis Jewish Religion: the Weight of Three Thousand Years, istilah "manusia" dalam hukum Yahudi semata-mata hanya mengacu kepada orang Yahudi.

Banyak rabi Yahudi Ortodoks melihat konvensi internasional yang menyalahkan tindakan pembunuhan sengaja terhadap warga sipil dan penghancuran rumah dan harta benda warga sipil sebagai "nilai moral Kristen", yang dengan demikian tidak mengikat atau berlaku bagi Yahudi.

Tahun 2006, Dewan Rabi di Pemukiman Yahudi di Tepi Barat mendesak tentara "untuk mengabaikan nilai-nilai moral Kristen dan memusnahkan musuh di utara (Libanon) dan selatan (Jalur Gaza)."

Sekalipun maklumat itu jelas-jelas rasis dan penuh kebencian, tapi tidak membuat alis orang-orang Israel terangkat, termasuk di kalangan intelektual maupun masyarakat umum.[di/iol/www.hidayatullah.com]

No comments:

Post a Comment